Dikatakan Wakil Presiden Senior Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat, Ilan Berman, meskipun drone tidak dapat memenangkan perang, tetapi ledakannya dapat menimbulkan kerusakan parah pada berbagai sasaran vital seperti instalasi militer hingga jaringan listrik pembangkit listrik.
Terlebih lagi, kata Berman, drone generasi saat ini memiliki versi ringan, murah, dan mudah dibawa serta disembunyikan. Selain itu, drone Iran terbaru juga mampu membawa beban balistik yang besar, serta berkeliaran selama 24 jam nonstop.
Dalam tulisan Llewellyn King yang dirilis pekan lalu, Berman mencoba untuk menjelaskan bahwa kini tengah terjadi perlombaan drone di wilayah Timur Tengah.
Selain Iran sebagai produsen terbesar, Turki dan Uni Emirat Arab juga mulai mengembangkan drone yang mereka gunakan dalam konflik Azerbaijan dan Armenia, serta di Libya.
Di tengah kekhawatiran negara akan peningkatan senjata Drone di Timur Tengah, Berman menilai sistem pertahanan yang tidak kalah canggih juga diperlukan untuk menangkal senjata tersebut.
Menurutnya, satu-satunya sistem pertahanan yang efektif melawan drone adalah Iron Dome milik Israel, yang dibangun bersama dengan AS.
Sistem anti rudal itu telah lama digunakan Israel untuk melawan drone Hamaz selama pertempuran dengan Palestina di Jalur Gaza, pada Mei 2021 lalu.
Meski begitu, kata Berman, Israel sejauh ini enggan menjual Iron Dome karena takut akan berakhir di tangan Rusia atau Iran. Oleh sebab itu, permintaan Ukraina untuk mengirimkan Iron Dome ditolak mentah-mentah oleh Israel.
Meski begitu, seorang peneliti senior di Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal yang berbasis di AS, Tal Inbar cukup skeptis dengan pendapat Berman.
Sebab, meskipun Ukraina berusaha mendapatkan Iron Dome dari Israel, menurut Inbar, itu tidak akan memberikan dampak yang besar bagi kemenangan Ukraina.
Ia merujuk pada cakupan wilayah yang akan ditempati Iron Dome, di mana luas wilayah Ukraina yang lebih besar dari Israel, membuat negara itu membutuhkan lebih banyak sistem pertahanan.
"Semakin besar negaranya, Anda membutuhkan radar dan pencegat yang jauh lebih besar. Israel adalah negara kecil, dan hal itu merupakan keuntungan bagi pertahanan rudal. Itu tidak terjadi di Ukraina," jelasnya, seperti dimuat
The Jewish Cronicle.
November tahun lalu, Iran mengklaim rudal hipersonik terbaru yang ia kembangkan mampu menembus pertahanan apapun termasuk Iron Dome milik Israel.
Mengutip
CNN, rudal hipersonik Iran jauh lebih canggih dari rudal balistik yang pernah dikembangkan, karena mampu terbang lima kali lebih cepat dari kecepatan suara.
Peluru kendali ini juga memiliki jalur penerbangan yang kompleks dan variatif, sehingga sulit dicegat.
BERITA TERKAIT: