Merujuk pada data yang dikumpulkan oleh
outlet media
Associated Press,
USA Today dan Northeastern University, diketahui ada 41 insiden dengan total 211 kematian yang terjadi di negeri Paman Sam sepanjang tahun ini.
Pembunuhan massal yang dimaksud dalam laporan ini adalah hilangnya empat nyawa atau lebih dalam satu insiden yang sama, tidak termasuk pelaku.
Di antara kasus pembunuhan massal yang paling mematikan di tahun 2019 in adalah kasus pembunuhan 12 orang di Virginia Beach pada Mei dan pembunuhan 22 orang di El Paso pada Agustus lalu.
Dalam laporan yang sama ditemukan juga bahwa dari 41 kasus pembunuhan massal yang terjadi pada tahun 2019 ini, 33 di antaranya melibatkan senjata api.
Selain itu, dari sejumlah wilayah di Amerika Serikat, California memiliki jumlah pembunuhan massal terbesar, dengan delapan kasus terjadi di wilayah tersebut tahun ini.
Meskipun 2019 memiliki jumlah insiden terbanyak, namun jumlah korban tewas akibat pembunuhan massal tahun ini tidak lebih banyak dari tahun 2017 yang mencapai 224 orang. Tahun itu merupakan penembakan massal paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat, ketika 59 orang ditembak mati di sebuah festival di Las Vegas. .
Namun para peneliti menekankan bahwa selain kasus-kasus tersebut, banyak pembunuhan massal di Amerika Serikat yang tidak menjadi berita utama karena melibatkan perselisihan keluarga, transaksi narkoba atau kekerasan geng.
Kriminolog dan profesor di Metropolitan State University di Minnesota, James Densley, mengatakan bahwa jumlah kasus pembunuhan massal di Amerika Serikat telah meningkat meskipun jumlah keseluruhan pembunuhan menurun.
"Sebagai persentase dari pembunuhan, pembunuhan massal ini juga menyebabkan lebih banyak kematian," katanya kepada
Asssociated Press.