"70 persen anak-anak di luar sekolah, yang tertinggi di dunia Ada terlalu banyak kekerasan," kata direktur eksekutif UNICEF Henrietta H. Fore dalam sebuah wawancara seperti dimuat
Reuters setelah mengunjungi beberapa daerah yang paling hancur oleh perang.
Perang saudara berdarah di Sudan Selatan, negara termuda di Afrika, dimulai pada bulan Desember 2013 ketika Presiden incumbent Salva Kiir menuduh mantan deputi Riek Machar merencanakan sebuah kudeta. Kedua belah pihak terlibat dalam serangkaian pembunuhan balas dendam yang telah memisahkan negara miskin di sepanjang garis etnis. Puluhan ribu orang terbunuh dan jutaan orang mengungsi dalam konflik tersebut.
"Jika kita tidak membantu, kita akan kehilangan generasi ini dan itu akan menjadi tragis bagi Sudan Selatan karena sebuah negara tidak dapat membangun dirinya sendiri tanpa generasi penerus generasi muda ini," Fore memperingatkan.
Pejabat PBB tersebut juga melaporkan malnutrisi yang meluas di kalangan anak-anak di kota-kota utara negara itu yang dia kunjungi.
"Kami menuju ke musim kemarau, kita mungkin akan kehilangan seperempat juta anak di Sudan Selatan," jelasnya.
[mel]