Dalam jawabannya, Kiki menggugat balik sang pesepakbola dengan nominal ratusan juta rupiah. Markus dianggap tidak memenuhi kewajibannya memberi nafkah selama setahun.
“Dia menggugat balik dalam rekonvensi, ada soal keuangan. Memerintahkan untuk membayar nafkah yang tidak ditunaikan dalam setahun, besarannya Rp 10 juta per bulan, kalau dikalikan setahun jadi Rp 120 juta,†beber Sangap Surbakti, pengacara Markus, yang ditemui usai sidang.
Kiki juga menggugat hak iddah dan hak mut’ah, masing-masing sebesar Rp 30 juta dan Rp 20 juta. Jika ketiga poin itu dijumlahkan, nominal uang tunai yang digugat Kiki hampir mencapai Rp 200 juta.
Seakan belum cukup, bintang film
Mas Suka Masukin Aja itu masih menambahkan poin harta bersama dalam gugatannya. “Kendaraan roda 4 jenis Mazda CS7 disebut harta bersama dan harus dibagi bersama,†sambung Sangap.
Kenyataannya, mobil itu dibeli secara kredit atas nama Kiki, namun Markus yang membayar cicilannya. Secara fisik, saat ini mobil itu berada di tangan Markus. Mobil itu pun belum lunas dan cicilannya masih kurang belasan bulan yang belum diselesaikan.
Soal tudingan Markus tak memberi nafkah dibantah oleh Sangap. Dia yakin kliennya masih tetap menafkahi Kiki sebagai istri. “Markus bilang ke saya, ‘Saya tetap menafkahi dan mengirim duit’,†tegasnya.
Namun, ia mengakui nafkah yang diberikan Markus memang tidak rutin. “Memang tidak setiap bulan, tergantung ekonomi Markus. Namanya pemain bola ya tergantung keadaan finansial klub untuk membayar Markus,†cetus Sangap.
Sayangnya, uang yang diberikan Markus pada Kiki, tak dianggap sebagai nafkah. Kiki justru menyebutnya cicilan untuk membayar utang sang suami pada orangtuanya. “Itu dijawab Markus, ‘Memang ada yang buat bayar utang, ada yang buat kamu’,†tutur Sangap lagi.
Meski Markus sudah menganggap utang itu terbayar, namun Kiki masih membesar-besarkan tudingan soal itu.
Kepada media, Kiki mengaku sempat dilarang oleh Markus untuk datang ke Medan. Pengakuan itu juga dibantah Sangap. Menurut dia, ada sebuah cerita yang mendasari kekesalahan Markus ketika tiba-tiba didatangi oleh Kiki di Medan. “Suatu ketika Markus mengalami krisis finansial. Dia telepon Kiki, untuk meminjam uang. Kiki bilang nggak ada duit. Ya sudah lah,†tutur Sangap.
Namun, beberapa hari kemudian Kiki mendatangi Markus yang sedang berada di asrama tim PSMS Medan. Kemunculan Kiki itu membuat Markus emosi.
“Markus kesal. Ngapain Kiki ke Medan, itu kan butuh duit banyak, untuk penginapan, tiket pesawat. Padahal uang yang dia mau pinjam nggak sebanyak biaya itu,†lanjutnya.
Menurut Sangap, hal itu sudah diceritakan oleh Markus kepada majelis hakim. Dan ketika itu, Kiki sama sekali tidak membantah. “Markus bicara apa adanya di persidangan,†tukasnya.
Menjalani proses perceraian dengan Kiki, ternyata membuat Markus justru merasa lebih bersemangat. Khususnya dalam aktivitasnya sebagai pesepakbola.
Keterangan itu berdasarkan pantauan pelatih kiper di klub Markus. Menurutnya, seperti yang disampaikan Sangap, ia mengalami berbagai peningkatan.
“Setelah gugatan ini masuk, Markus mengalami peningkatan positif, percaya diri, tanggung jawab, dan makin serius,†ujar Sangap.
Ia menambahkan, Markus memang terlihat lebih lega dan merasa beban hidupnya berkurang. Sangap yakin, pasca perceraiannya, ia bisa menatap masa depan lebih positif.
Markus sendiri pun mengakui dirinya lebih bahagia saat ini. Salah satu indikasinya, adalah interaksi informal Markus dengan rekan-rekannya di klub. Biasanya, saat berkumpul sebelum latihan, Markus diam saja dan tak berani menjawab jika ada yang meledeknya. Namun sekarang, Markus lebih santai dan terbuka. “Dia diledekin malah ngeledekin balik,†cerita Sangap.
Markus memang ingin menyelesaikan perceraiannya dengan Kiki secara baik-baik. Ia tidak menuntut hak asuh anak maupun harta gono gini, hanya perkara perceraian saja. Soal jawaban Kiki yang menuntut sejumlah nominal, Sangap masih akan berkomunikasi dengan kliennya. [Harian Rakyat Merdeka]