Magdalena, Semua Cewek Disetting Seksi
Presenter dan model ini masuk jajaran wanita terseksi dunia versi majalah pria FHM pada 2007. Sejak itu, dia laris memandu baÂnyak program televisi. Punya tubuh seksi, tapi kok nggak ditegur KPI ya?
“Kenapa mesti khawatir. Apa yang saya tonjolkan masih sesuai prosedur, tuntutan skenario dan permintaan yang punya acara. Kalaupun saya ditegur atau sampai dicekal berarti tindakan saya sudah kelewat batas,†aku Magdalena.
Memang, dirinya sempat dag-dig-dug saat KPI mulai aktif ‘bergerilya’. Apalagi dia pun terliÂbat dalam acara Kakek-Kakek Narsis (KKN) yang kena semprit KPI.
“Aku pernah diprotes, diberitahu, kok bisa ikut program seperti ini. Aku jelasin kalau kita punya kaÂrakter sendiri, main dengan pikiran. Lagipula persepsi kami dan peÂnonton beda. Keseksian harus dipanÂdang objektif dari content acara, bukan peran personal si artis. Ya semua artis cewek emang diÂsetting seksi. Genre acaranya emang begitu,†jelasnya.
Diakuinya, KKN eksploitasi haÂbis sisi sensual artis dan bintang taÂmu. Apalagi tema yang dibahas seÂputar orang dewasa dan proÂbleÂmaÂtikanya. Namun selalu diupaÂyakan diedit agar sesuai regulasi KPI.
“Ya antar kita sempat lepas kenÂdali saat berakting. Kadang kelewat batas lah. Kalau nggak live kan bisa diedit editor. Nah kalau on-air kan editor bisa langsung memilah langÂsung dari MCR (Master ConÂtrolÂling Room). Mereka bantu memÂbeÂtulkannya. Kita kan juga nggak mau ditegur mereka (KPI),†bebernya.
Menurut bintang sitkom Tawa Sutra XL ini, umumnya tayangan dewasa sudah dikonsepkan agar tak kepleset pornoaksi-pornografi. Namun sayang, konsep yang dijalankan selama produksi kerap ditanggapi berbeda oleh penonton.
“Banyak humor yang menjurus ke fisik, bingung lihat cewek cantik. Ini kan tayangan malam, ya kita semua berakting lebih smart aja, tapi tetap tonjolkan keseksian. Aku pakai seragam Nanny, lebih terbantu. Kalau bintang tamu terserah. Belajar dari hal ini, next aku ingin jadi peran utama di film, aku nggak berani ambil peran seksi,†jelasnya.
Magdalena menghargai fungsi dan peran KPI. Namun diingatkan pula agar KPI tetap menghargai artis yang tampil seksi. Apapun itu, hak asasi orang harus ikut dipertimbangkan.
“Itu kan bagian HAM tiap orang. Masa punya tubuh seksi teÂrus disimpan. Tapi ingat juga, buat teman-teman (artis) seksi nggak harus vulgar. Nggak hanya di keÂhidupan sehari-hari tapi di depan kamera. Boleh tonjolin tubuh tapi jangan diumbar semua. Nggak mau kan karier kita dikebiri KPI,†tutupnya.
Marissa Nasution, Dada Besar Itu Anugrah
Marissa minta KPI memÂperÂtimbangkan banyak hal sebelum semprit artis yang dianggap vulgar. Pasalnya, duÂnia artis itu tidak semudah yang dibayangkan khalayak umum.
“Mereka bisa ada di televisi karena keseksian mereka, bisa dibilang ya. Tapi nggak sekedar seksi aja kali buat tampil. Mereka pasti juga ada bakat, skill, peran dan kebiasaan yang disetting sesuai acara itu. Aku mohon jangan lihat acara itu secara sempit tapi mesti secara luas,†terangnya.
Model keturunan Jerman-Batak ini juga mengimbau KPI untuk tak mempersempit gerak artis yang bertubuh indah dan berpayudara montok. Sekarang ini, semua media cenderung mengekspos artis yang memÂpunyai dua kelebihan tubuh tersebut.
“Setiap orang dikasih Tuhan kelebihan, ya salah satunya bentuk tubuh. Normal kali cewek bertubuh seksi dan dada gede tampil di televisi. Selain pemanis kamera,
pasti bakatnya juga. Mereka jangan dikekang. Kalaupun selama syuting tonjolin itu, ya tuntutan program. Itu bisa meningkatkan share dan rating program dan stasiun TV juga†ungkapnya.
Artis yang sedang diawasi KPI juga diminta tidak khaÂwatir atau malah parno. Justru kritik bisa membangun keperÂcayaan diri. Terlebih untuk artis yang sering bersinggungan dengan masyarakat.
“Kalau aku, karena bekerja di dunia entertainment, mau nggak mau jadi bagian kehiÂdupan masyarakat. Kalau kita nggak percaya diri, kita akan tenggelam. Keseksian itu aura. Tidak ada wanita yang tidak cantik kalau menjaga auranya. Makanya kita perlu percaya diri,†papar Marissa.
Dulu Marissa mengaku kurang percaya diri tampil di depan umum. Itu karena tubuh dan dadanya tergolong big size. Tapi ya pelan-pelan ia menyeÂmangati diri untuk tampil berani.
Intan Nuraini, Budaya Timur Jadi Pegangan
Sisi positif dari kehadiran KPI untuk mencegah pornografi dan porno aksi. Regulasi ketat sengaja diterapkan untuk artis yang doyan pakai baju ketat.
“Mereka (KPI) cukup manfaat lah. Agar kita-kita (artis) bisa ikut mendidik masyarakat dari hal tidak semestinya,†ucap Intan Nuraini.
Biasanya Intan jarang tampil sekÂsi. Berusaha tampil dan berbusana tidak seronok. Tapi karena genÂcarnya pemberitaan, ia jadi takut ditegur KPI. Demi image baiknya selama ini, Intan lebih selektif menerima tawaran main film.
“Makin banyak tayangan vulgar dan teman-teman (artis) berani terjun. Sempat ada tawaran kayak begitu. Tapi nggak ah, aku belum berani jika harus beradegan ciuÂman apalagi terlalu syur. Keluarga juga ngelarang. Aku kan sudah bersuami. Aku nggak mau dong meÂrusak nama baik mereka,†aku istri Donny Azwan Putra ini.
Disadari olehnya, Indonesia masih kental dengan budaya keÂtimuran. Alasan ini yang membuat KPI jadi banyak ‘fans’ dalam mengontrol artis Indonesia.
“Kita hidup di negara penjunÂjung azas moralitas dan nilai budaya. Adegan vulgar bertenÂtangan sama kultur bangsa. Jadi ya aku jauhi. Makanya penting ada KPI. Jadi segala hal tentang penyiaran termasuk akting artis tidak keluar rel. Itu pasti lewat pertimbangan dan alasan tepat,†ujarnya yakin.
Meski begitu, bintang Baik Baik Sayang ini tak menyalahkan artis yang berbody dan berpenampilan seksi. Ada kalanya karunia fisik indah dan bakat lainnya tidak bisa serta merta digugat.
Nikita Mirzani, Kalau Seksi Susah Ditutup
Nikita jadi target KPI karena terlalu seksi di Kakek Kakek Narsis. ‘Surat cinta’ dari KPI pun telah diterima. Keterangannya, ia sebagai objek yang melakukan tindakan eksploitasi tubuh berlebihan terutama bagian dada.
“Karena aku terlihat besar dadanya, jadi mungkin terkesan dieksploitasi. Padahal dadaku sudah gede, gerak sedikit aja ya pasti goyang,†sanggah Nikita.
Dia merasa penampilannya di acara itu masih dalam tahap yang wajar. Apalagi, Kakek Kakek Narsis memang ditujukan untuk kalangan dewasa.
“Itu kan tayangan malam hari. Tengah malam menjelang pagi. Anak kecil nggak mungkin nonton. Itu untuk dewasa. Kalau takut nggak lah,†tandasnya.
Namun, perempuan bertato ini tak mau terus bermasalah dengan KPI. Kini ia coba mengenakan pakaian yang lebih sopan dan tertutup.
“Sekarang mungkin lebih ditutup kali ya. Sebenarnya sih walau ditutup karena memang imagenya sudah seksi dan memang sudah seksi jadi mau pakai tertutup atau terbuka ya masih aja tetap keliatan seksi gitu,†ujar Nikita.
Ia tak khawatir ditegur lagi KPI karena keseksiannya. Ia hanya berusaha lebih kalem dalam setiap kesempatan.
“Yang penting sekarang nggak grasak grusuk. Karena kemarin kan sempat ditegur KPI karena menggoyangi bagian tubuh mungkin sekarang tidak di goyang biar dia goyang sendiri aja,†sambungnya.
Tak hanya itu, ibu satu anak ini sama sekali tak merasa terganggu dengan apa yang kini tengah menimpa dirinya. Bagi Nikita inilah hidup yang harus dilaluinya.
“Sudah terlalu banyak masalah, masalah yang nggak penting dimasalahin. Terganggu pasti, tapi let it flow aja,†tuturnya.
Nikita mengaku pihak keluarga mengetahui apa yang terjadinya saat ini. “Papa tahu anaknya seperti apa. Dia santai, dia nggak masalah,†tandasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
< SEBELUMNYA
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.