Rest In Peace Utha!

Rabu, 14 September 2011, 04:25 WIB
Rest In Peace Utha!
utha likumahua

RMOL.Kondisi Utha melemah setelah menjalani operasi tempurung. Di tempurung kepalanya memang dipasang plat titanium untuk menggantikan tengkorak.

Tangisan duka kembali menye­limuti belantika musik tanah air. Setelah terbaring koma akibat stroke yang dideritanya, Utha Li­kumahuwa menghem­buskan nafas terakhir kemarin pada pukul 13.30 WIB di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Dia meninggal di usia 56 tahun.

“Iya betul. Meninggalnya jam setengah 2 siang. Terakhir kan di­operasi tempurung (otaknya) tanggal 8 September kemarin,” pa­par keponakan Utha, Ria Li­kumahuwa, kemarin.

Saat ditanya bagaimana kon­disi sebelum meninggal, Ria me­nuturkan bahwa sebelum pagi se­lang untuk aliran darah Utha ter­lepas. Selain itu kondisi Utha juga menurun.

“Sebelumnya pagi-pagi selang­nya terlepas untuk aliran da­rahnya. Badannya sempat lemas, kon­disinya menurun. Lalu se­lang­nya masih sempat dipasang la­gi siang jam 12 tapi badannya masih sangat lemas hingga akhir­nya sampai meninggal,” ujarnya sem­bari terbata bata.

Istri sang legenda, Debbie Likumahuwa tampak tak henti-hentinya meneteskan air mata.

Keluarga juga berkumpul di ruang jenazah. Mereka tampak te­nang dan tabah menghadapi ke­pergian Utha untuk selama-lamanya.

Kabar meninggalnya salah satu pe­nyanyi dengan suara khas ini lang­sung mendapat response dari sahabat dan saudara terdekat. Secara bergantian mereka ber­da­tangan ke rumah sakit. Se­jum­lah artis seperti Harry Capri, Ben­ny Likumahuwa, Vonny Sumlang dan lain-lain nampak berada di sana.

Menurut rencana jenazah Utha akan disemayamkan di kedia­man­nya di bilangan Ciputat Ta­ngerang Selatan dan dima­kam­kan, hari ini (Rabu. 14/9).

Utha dilahirkan di Maluku, 1 Agustus 1955. Dia mengalami stroke yang mengganggu otak­nya, bahkan  sempat menjalani ope­rasi tempurung kepala minggu lalu.

Lebih dari 30 tahun menekuni dunia tarik suara, kata “pro­fe­sionalitas” bukan hal aneh dalam ka­mus Doa Putra Ebal Johan Li­kumahua, begitu nama lengkap Utha. Utha sangat mencintai pro­fesinya dan selalu berusaha men­jadi yang terbaik.

“Teknik vokal saya mungkin ti­dak sehebat penyanyi lain. Tapi saya berusaha menyanyi dengan ha­ti dan jiwa. Jujur dan total. Mung­­kin itu yang membuat orang menyukai suara saya. Sampai sekarang saya masih kuat me­nyanyikan nada tinggi. Napas juga masih oke,” ujar Utha suatu hari.

Belasan album, belasan hit, dan sederet penghargaan menjadi simbol eksistensi dan totalitas Utha. Numpang lahir di Ambon, tapi besar di Bandung, Nyong Ambon ini pertama kali merekam suara lantaran ajakan musikus jazz (alm.) Chris Kayhatu.

Nada dan Prestasi yang dilem­par akhir 1970-an adalah debut album Utha. Album itu mencetak hit Tersiksa Lagi yang kondang hingga saat ini. Lagu itu kemu­dian sempat direkam dalam irama bossas oleh Rafika Duri dengan pengarah musik Ireng Maulana.

Nama Utha disebut-sebut ketika meluncurkan album kedua Bersatu dalam Damai tahun 1983. Album yang melibatkan mu­sikus Rully Johan, kakak kan­dung Ernie Johan, dan Addie MS itu bisa dihitung sebagai master piece Utha.

Album itu mencetak hit yang kini menjadi trade mark Utha. Sebut saja Bersatu dalam Damai dan Esok Kan Masih Ada. Addie memasukkan kemasan musik orkestrasi kental. “Saya begitu beruntung. Banyak musikus bagus yang membantu album saya,” ujar Utha.

Dodo Zakaria dan Oddie Agam adalah dua nama pencipta lagu yang identik dengan Utha. Hit Utha: Akira, Mereka Bukan Kita, Aku Pasti Datang dan Esok Kan Masih Ada adalah buah karya Dodo Zakaria. Sedangkan Oddie Agam menyumbangkan tembang Puncak Asmara.

Keglamoran di panggung seolah berbanding terbalik de­ngan keseharian Utha. Penyanyi ini mengaku bahagia membina ru­mah tangga dengan Debbi Fari­da, wanita berdarah Sunda yang dinikahinya hampir 40 tahun silam di Bandung.

Kesederhanaan dalam menga­rungi hidup diakui Utha menjadi mo­dal dirinya tetap bertahan. “Saya merasa tidak dikarunia fisik istimewa sebagai penyanyi yang diidolakan. Kepala ini juga plontos, enggak ganteng. Tapi modal suara dan totalitas saya dalam menyanyi adalah kebang­gaan,” tutur Utha tersenyum.

Tak mengherankan jika Utha memilih untuk tidak mem­bang­gakan diri dengan gaya ber­pakaian flamboyan dan jarang hadir di pesta-pesta selebritas.

 â€œKalau Anda datang ke rumah saya, mungkin akan terkejut. Sehari-hari saya makan tahu tempe dan tinggal di rumah sederhana saja. Tipe 21,” kata Utha beberapa tahun lalu tentang rumah mungilnya yang se­derhana di Villa Mutiara, Ciputat, Jakarta Selatan. [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA