“Hak preogratif orang menilai statusku bagaimana. Tapi kalau aku memang dianggap begitu (bom seks) berarti masyarakat memberi apresiasi atas hasil pekerjaanku dalam sebuah film,†ujar Lia cuek.
Pelantun
Kau Tunggu Jandaku ini menganggap beberapa film yang pernah dilakoninya tidak terlalu vulgar. “Memang ciumannya terkesan
hot, tapi hanya sebatas adegan sentuhan bibir aja. Kalau dicium dari leher belakang dan sebatas bibir nggak apa-apa. Tapi dari leher ke bawah aku tolak, meski dibayar mahal,†tegasnya.
Selain itu dalam beradegan ranjang, katanya, diakali dengan banyak berekspresi seperti mengerang keeÂnakan. Itu supaya menghindari
take berkali-kali saat syuting. “Sebelumnya, aku ngomong dulu sama laÂwan main, supaya tidak diulang. Meskipun sebeÂlumnya kita baru kenal. Intinya kita sama-sama
enjoy dan proÂfesional dalam pekerjaan,†tutupnya.
Tak terbesit rasa penyesalan di hati gadis kelahiran Karawang, 26 April 1984 itu telah membintangi beÂberapa film yang berbau seks. Bahkan sebisa mungkin ia profesional, menikmati peran dan berusaha meÂningkatkan
chemistry dengan lawan main ketika berÂadegan hot. “Demi penonton aku rela,†selorohnya.
Meski begitu, Lia tetap selektif memilih film yang mau mengumbar keseksiannya. Asal sisi vulgarnya tidak terlalu
over, lulusan D3 Pariwisata UI itu siap saja dengan tuntutan skenario dan sutradara.
“Aku ambil film tidak memprioritaskan unsur vulgar saja, tapi juga ceritanya. Ada benang merahnya nggak antara seksi dan cerita. Kalau nggak ada ceÂritanya ya nggak aku ambil,†sergahnya.
Pedangdut house ritmix ini juga menilai totalitas peran tergantung si artisnya sendiri. Kalau berani ambil film yang muatannya vulgar, maka si artis tidak boleh menolak atau asal-asalan menuruti skenario.
“Aku siap beradegan ranjang. Tapi mesti ada cerita jelasnya. Aku nggak mau sekedar tidur di ranjang, adegan bercumbu aja tanpa ada klimaks yang tidak nyambung sama ceritanya. Kalau isinya cuma sebatas adegan pacaran, selingkuh dan skandal murahan, aku nggak mau,†terang Lia.
[rm]