“Saya optimis di akhir tahun Pertamina akan
rebound bisa mencapai positif, karena harga minyak juga mulai stabil di angka 40-45 dolar AS per barel. Ini nanti juga akan meningkatkan penjualan minyak Pertamina ke depannya,†kata pengamat Energy Watch Indonesia, Mamit Setiawan kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/8).
Optimisme Mamit tersebut berlandaskan efisiensi yang telah dilakukan Pertamian, yakni dengan memotong beban pokok penjualan sebesar Rp 15,4 miliar meski sebelumnya di angka Rp 18,7 miliar.
“Pertamina sudah mulai mengencangkan ikat pinggang, terutama dari sisi penjualan walaupun produk dari beban hulu masih tinggi. Eksplorasi juga mengalami penurunan dari 85 juta dolar AS tahun lalu menjadi 78 juta dolar AS, juga ada beban aktivitas lain yang meningkat dari 800 juta dolar AS menjadi 960 juta dolar AS," bebernya.
Secara keseluruhan, kata Mamit, Pertamina sudah melakukan efisiensi cukup besar dari Rp 21,9 miliar menjadi Rp 18,8 miliar. Hal itu dinilainya sebagai salah satu usaha Pertamina dalam menghadapi situasi krisis akibat pandemik Covid-19 ini.
Pihaknya juga mengharapkan agar Pertamina melakukan renegoisasi kontrak ke sejumlah vendor minyak secara lebih efisien lagi.
“Saya kira salah satu yang bisa dilakukan Pertamina adalah dengan cara
refinancing atau mencari utang kembali dengan bunga yang lebih murah. Pertamina perlu juga lindungi
edging, dalam artian selisih atau rugi kurs ini bisa berkurang dengan mereka melakukan
edging ini,†tutupnya.
BERITA TERKAIT: