"Asing kita butuhkan, tapi kontraktor lokal harus hidup, dan itu semua dalam koridor kepentingan nasional," kata Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (Irres), Marwan Batubara, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu (Selasa, 23/2).
Menyangkut opsi pengembangan di laut (offshore) atau di darat (onshore), Marwan tidak mau bicara banyak tanpa data komprehensif dan objektif. Tetapi, dia berharap dari semua kepentingan yang bertarung di Masela, pemerintah membuat kajian komprehensif sehingga nantinya target kepentingan negara dan rakyat bisa dicapai.
"Kalau paksakan di laut, ternyata penumpang kepentingan asing dan pemburu rentenya lebih banyak, pasti kita tolak. Kita juga harus menolong penggunaan
local content," tegasnya.
"Kalau memang industri dalam negeri bisa hasilkan sesuatu yang hidupkan ekonomi nasional, sepanjang itu dikaji objektif dan harganya bersaing secara internasional, kenapa harus kita redam?" tambahnya.
Dia menolak tegas opsi offshore yang 100 persen sarananya berasal dari luar negeri. Namun dia juga ingatkan, kontraktor lokal pun tidak boleh memaksakan kehendak, apalagi melakukan mark up.
"Dalam hal ini,
local content jangan jadi beban. Jangan sampai dia sudah dapat (proyek), tapi harganya gila-gilaan. Bandingkan saja dengan harga luar negeri. Kalau (lokal) beda sedikit lebih tinggi dari asing misalnya, bagi saya kita harus tetap memihak kekuatan lokal," terangnya.
Dia mengingatkan pemerintah, isu Masela tidak boleh ditunggangi korporasi asing (Inpex dan Shell) yang sedang mengembangkan kilang terapung di Australia.
"Irres bersikap, bela kepentingan rakyat dan negara, bela kepentingan bisnis nasional. Tapi, jangan ada KKN apalagi
mark up," pungkas Marwan.
[ald]
BERITA TERKAIT: