Berita

Pedagang sayur di pasar tradisional Jombang, Tangerang (RMOL/Reni Erina)

Bisnis

Harga Sayur di Malaysia Naik Tiga Kali Lipat Akibat Hujan Berkepanjangan

SABTU, 13 DESEMBER 2025 | 11:43 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Malaysia tengah menghadapi lonjakan harga sayuran paling tajam dalam beberapa tahun terakhir akibat hujan monsun timur laut yang berlangsung lama yang merusak banyak lahan pertanian, sekaligus menghambat distribusi dari sentra produksi utama seperti Cameron Highlands.

Gangguan pasokan ini membuat harga sayuran di sejumlah wilayah melonjak hingga tiga kali lipat, dan kekurangan pasokan diperkirakan masih akan berlanjut sampai awal 2026. Petani menanggung kerugian besar, terutama untuk sayuran berdaun yang sangat rentan rusak saat terendam air.

Ketua Asosiasi Petani Sayuran Cameron Highlands, Chai Kok Lim, menyebut kerugian petani sangat besar karena tanaman berdaun cepat rusak saat tergenang air.  
"Ini adalah kenaikan harga tertinggi yang pernah terjadi selama musim monsun dan menekankan pentingnya perbaikan infrastruktur pertanian," ujarnya, dikutip dari Fresh Plaza, Sabtu 13 Desember 2025.

"Ini adalah kenaikan harga tertinggi yang pernah terjadi selama musim monsun dan menekankan pentingnya perbaikan infrastruktur pertanian," ujarnya, dikutip dari Fresh Plaza, Sabtu 13 Desember 2025.
Situasi diperburuk oleh banjir di Thailand dan Indonesia, yang ikut membatasi pasokan regional. Salah satu pedagang menyebut harga buncis naik dari 2,50 Ringgit (sekitar Rp10.000) menjadi 14 Ringgit (sekitar Rp57.000) per kg.

Di pasar grosir, sayuran yang biasanya dijual 1-3 Ringgit per kg kini menjadi 5-10 Ringgit per kg. Bayam di Pasar Grosir Selayang Kuala Lumpur naik dari 2-3 Ringgit menjadi 8-9 Ringgit (sekitar Rp33.000-Rp37.000) per kg. Okra dan cabai juga melonjak tajam.

Dampaknya terasa hingga sektor restoran. Pelaku usaha menahan kenaikan harga menu agar tidak memberatkan pelanggan, meski margin keuntungan tertekan. Di negara bagian Kelantan, harga cabai merah melonjak hingga 25-30 Ringgit (Rp102.000-123.000) per kg.

Kelompok konsumen menilai krisis ini membuka kelemahan serius dalam sistem ketahanan pangan Malaysia. Kepala Operasional Federasi Asosiasi Konsumen Malaysia, Nur Asyikin Aminuddin, menyoroti bahwa sekitar 20-40 persen hasil pertanian hilang akibat penanganan pascapanen yang buruk. 

"Pemerintah perlu segera memperkuat sistem logistik pangan dan meningkatkan peran otoritas pemasaran pertanian agar krisis serupa tidak terus berulang," ujarnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya