Berita

Kereta Cepat Whoosh. (Foto: PT KAI)

Politik

RI Malu Besar Kalau Natuna Disita China Gegara Utang Whoosh

RABU, 29 OKTOBER 2025 | 11:48 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Mantan Menko Polhukam Mahfud MD mewanti-wanti Pemerintah RI soal risiko besar yang bisa timbul dari proyek kereta cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Selain membebani keuangan negara, proyek yang melibatkan Tiongkok itu kini disebut-sebut berpotensi menimbulkan ancaman kedaulatan jika Indonesia gagal memenuhi kewajiban pembayaran utang.

Menanggapi isu tersebut, analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensat) menilai situasi ini bisa menjadi preseden buruk bila benar sampai berujung pada kehilangan aset strategis seperti wilayah Natuna Utara.


“Harusnya Pak Prabowo tidak tinggal diam dengan situasi ini. Apalagi kalau sampai China meminta tubuh kita sebagai bayaran. Pulau-pulau itu kan tubuh. Jadi memang harus diselesaikan, apakah itu dari Danantara atau ada hal-hal lain,” ujar Hensat seperti dikutip redaksi lewat kanal Youtube miliknya, Rabu, 29 Oktober 2025.

Founder lembaga survei Kedai Kopi itu lalu menyindir keras kondisi proyek yang sejak awal disebut bermasalah. Ia mengingatkan bahwa Luhut Binsar Pandjaitan sendiri pernah menyebut proyek tersebut sebagai “barang busuk”.

“Apalagi Pak Luhut sudah bilang ini barang busuk dari awal. Kenapa diterusin? Ya kan dia pejabat negara waktu itu. Kalau tahu barang busuk, ya sebagai pejabat negara harusnya dibalikin lah,” lanjutnya.

Hendri juga menyebut, sejak awal sejumlah tokoh seperti Ignasius Jonan dan Agus Pambagio telah mengingatkan potensi masalah besar dari proyek ini.

“Kalau akhirnya Pulau Natuna disita oleh China seperti kata Pak Mahfud, wah itu sih pasti malu banget Pak Prabowo. Kan nasional sekali Pak Prabowo,” tuturnya.

Hensat pun mendukung langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengaudit proyek kereta cepat tersebut.

“Bisa dimulai dari Pak Luhut. Pak Luhut mesti ditanya apa tuh maksudnya dulu barang busuk dia terima,” pungkasnya.

Gaya blak-blakan Hensat ini menjadi pengingat bahwa proyek strategis nasional seperti kereta cepat harus dikelola dengan penuh transparansi dan tanggung jawab, agar tidak menjadi beban politik sekaligus ancaman kedaulatan bangsa.

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Polres Tangsel Diduga Gelapkan Barbuk Sabu 20 Kg

Minggu, 21 Desember 2025 | 02:07

Pemberhentian Ijeck Demi Amankan Bobby Nasution

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:42

Indonesia, Negeri Dalam Nalar Korupsi

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:05

GAMKI Dukung Toba Pulp Lestari Ditutup

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:00

Bergelantungan Demi Listrik Nyala

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:45

Komisi Percepatan Reformasi Polri Usul Polwan Dikasih Jabatan Strategis

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:19

Putin Tak Serang Negara Lain Asal Rusia Dihormati

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:05

Ditemani Kepala BIN, Presiden Prabowo Pastikan Percepatan Pemulihan Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:38

Pemecatan Ijeck Pesanan Jokowi

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:21

Kartel, Babat Saja

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya