Ilustrasi tentara Ukraina/Net
Ketakutan meningkat di seluruh Ukraina bahwa presiden terpilih AS, Donald Trump tidak bisa menepati janjinya untuk mengakhiri perang dengan Rusia.
Selama masa kampanye, Trump kerap sesumbah bahwa saat ia terpilih dirinya hanya membutuhkan waktu 24 jam untuk mendamaikan Ukraina dengan Rusia.
Tentara Ukraina bernama Kostya, yang berperang melawan pasukan Rusia di wilayah Donbas timur mengaku skeptis terhadap gencatan senjata antara Kyiv dan Moskow di bawah kepemimpinan Trump.
"tanggal 20 Januari adalah pelantikan Trump. Tanggal 21 Januari adalah akhir perang. Pada tanggal 22 Januari, saya berencana merayakan ulang tahun saya di rumah,” kata Kostya dengan nada sarkastis, seperti dimuat
AFP pada Rabu, 4 Desember 2o24.
Pria berusia 23 tahun itu tengah menikmati waktu istirahat bersama beberapa rekannya, sambil menyantap kebab beberapa kilometer dari kota Kurakhove yang diserang pasukan Rusia.
“Perdamaian cepat mungkin saja terjadi,” lanjut Kostya dengan lebih serius.
“Tetapi hanya dengan biaya kami,” sela Valerya, pria berusia 22 tahun yang bertugas bersamanya.
Trump belum memberikan perincian apapun tentang bagaimana ia dapat membawa pihak-pihak yang bertikai ke meja perundingan, apalagi mencapai kesepakatan yang akan diterima keduanya.
Berbeda dengan Presiden Joe Biden, Trump juga tidak menyerukan kemenangan Ukraina dan telah berulang kali mengkritik bantuan militer Amerika ke Kyiv.
Kekhawatiran atas pendekatan yang akan diambilnya saat menjabat semakin meningkat setelah ia menunjuk Keith Kellogg, seorang pensiunan jenderal yang telah meminta Kyiv untuk membuat konsesi guna mengakhiri perang, sebagai Duta Besar AS untuk Ukraina.
Janji untuk segera mengakhiri pertempuran tidak memberikan jaminan bagi tentara Ukraina yang kelelahan karena pertempuran selama hampir tiga tahun melawan pasukan Rusia.
Kostya mengatakan bahkan gencatan senjata sementara tidak akan menghentikan Rusia.
"Kami hanya akan mendapatkan perdamaian jangka pendek, perang akan terus berlanjut," katanya.
Ia sudah merasa bahwa sekutu Barat meninggalkan Ukraina untuk berjuang sendiri melawan musuh yang jauh lebih kuat.
"Kami sedang ditinggalkan sekarang. Tidak masalah apakah Trump menjadi presiden atau tidak. Mereka akan membuat kesepakatan dengan Rusia lagi. Kami akan diserap," kata dia.
Serangan Rusia meningkat pada bulan November, ketika pasukannya maju lebih dari 725 kilometer persegi (280 mil persegi) wilayah Ukraina, terutama di wilayah Donetsk timur.
Itu adalah perolehan bulanan terbesar bagi Moskow sejak Maret 2022, dengan pasukannya bergerak maju ke berbagai arah, termasuk di dekat pusat logistik Pokrovsk di wilayah Donetsk.
"Kita kalah," kata Volodymyr, yang bertugas di dekat kota pertambangan batu bara itu.
Usianya 23 tahun, tetapi tampak jauh lebih tua setelah berbulan-bulan bertempur dengan melelahkan.
"Tentara sudah muak. Semua orang punya keluarga, saudara. Semua orang ingin pulang," katanya dengan suara muram.
Namun, ia juga setuju bahwa prospek perdamaian yang cepat suram.
"Rusia akan menyerang lagi, apapun yang terjadi," ujarnya lagi.