Berita

Ilustrasi/RMOL

Kesehatan

Ahli Luruskan Misinformasi tentang Dampak BPA terhadap Kesehatan

SENIN, 18 NOVEMBER 2024 | 13:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

RMOL.  Misinformasi terkait masalah kesehatan masih terus beredar di masyarakat. Termasuk misinformasi terkait dengan  BPA (Bisphenol-A) yang terkandung dalam Air Minum dalam Kemasan (MDK). 

Berbagai informasi terkait bahaya BPA seringkali disajikan secara tidak utuh, cenderung sensasional, dan yang paling berbahaya, tidak didasari bukti-bukti ilmiah.

BPA sendiri adalah bahan baku pembuatan jenis plastik polikarbonat dan epoksi. Karena manfaatnya, BPA tidak hanya dipakai pada kemasan air minum, namun juga banyak ditemukan pada barang-barang di sekitar kita. 


Selain kemasan pangan, BPA juga dipergunakan untuk thermal paper pada kertas ATM/struk belanja, CD, peralatan olahraga, hingga peralatan medis seperti selang kateter dan tambalan gigi. 

Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap BPA, termasuk jenis-jenis plastik yang digunakan sebagai bahan kemasan pangan membuat misinformasi menjadi semakin mudah tersebar dan menimbulkan pemahaman yang salah. 

Untuk menghindari meluasnya penyebaran informasi yang salah, masyarakat diimbau untuk membiasakan diri mencari informasi secara utuh dan menyeluruh, serta selalu mencari informasi pembanding. 

Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, DR. Devie Rahmawati, M.Hum, menjelaskan bahwa misinformasi atau hoax seringkali menggunakan wajah atau potret ahli sebagai bentuk afirmasi, meskipun secara konteks keahliannya
mungkin tidak relevan atau bahkan ahli tersebut tidak ada (fiktif).

Ia pun menekankan dampak bahaya dari misinformasi. 

“Bisa terjadi kebingungan, kegagalan, kebodohan, sampai konflik sosial. Jangan mudah termakan oleh isu beredar yang belum bisa dipercaya kebenarannya. Ada banyak cara untuk melakukan cek fakta,” tegasnya, dlam keterangan yang dikutip Senin 18 November 2024.

Misinformasi yang banyak beredar mengatakan bahwa BPA dapat luruh di air minum kemasan galon dan dapat membahayakan kesehatan. Padahal, beberapa penelitian ilmiah membuktikan sebaliknya.

Guru Besar Ilmu Rekayasa Proses Pengemasan Pangan IPB, Prof. Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA, mengatakan sejauh ini, belum ada studi yang membuktikan bahwa kandungan BPA ditemukan pada air minum dalam kemasan galon. 

“Penelitian terbaru justru tidak menemukan BPA di galon air minum dari empat merk yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasilnya tidak terdeteksi melalui alat yang paling sensitif sekalipun,” paparnya.

Ia menerangkan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan kandungan BPA di galon air minum sudah hampir tidak ada lagi, dan yang tersisa pun tidak mudah luruh. 

"Potensi luruh hanya terjadi pada kondisi yang sangat ekstrem, misalnya, jika dipanaskan dalam suhu lebih dari 250 derajat Celcius,” terangnya.

Kenyataannya, dalam proses produksi AMDK tidak ada proses pemanasan yang terjadi. Hanya mungkin terpapar matahari pada proses distribusi, itupun dengan suhu di bawah 50 derajat Celcius. Oleh karena itu, risiko migrasi BPA ke air minum dari kemasannya akan sangat kecil. 

“Masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko paparan BPA pada kemasan galon berbahan polikarbonat. Apabila sudah mendapat izin edar BPOM, maka itu menjadi jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi,” ujar Nugraha. 

Belum Ada Bukti Ilmiah BPA dalam Air Minum Galon Mengganggu Kesehatan

BPA sering dituding sebagai salah satu penyebab risiko permasalahan kesehatan. BPA dianggap dapat menyebabkan infertilitas, gangguan hormon, memicu kolesterol serta menyebabkan kanker. Namun, beberapa ahli di bidang kesehatan didukung penelitian ilmiah, memiliki pandangan yang berbeda.

Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dari Tzu Chi Hospital dr. Ervan Surya, Sp.OG menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada studi ilmiah yang konklusif mengenai pengaruh luruhan BPA terhadap infertilitas. Bahkan berdasarkan hasil studi yang beliau temukan, tidak ada korelasi antara BPA dengan gangguan kesuburan.

“Infertilitas dapat terjadi karena pengaruh gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, dan olahraga yang terlalu berat. Merokok sudah jelas-jelas terbukti sebagai salah satu penyebab gangguan kesuburan, namun sepertinya masyarakat tidak khawatir akan hal ini, malah cenderung panik dengan isu lain yang belum terbukti kebenaran fakta ilmiahnya, contohnya BPA ini,” jelas Ervan. 

Dijelaskan pada kesempatan yang berbeda oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ahli Endokrin-Metabolik Dr. dr. Laurentius Aswin Pramono Sp.PD-KEMD, bahwa belum ada sama sekali kesepakatan bahwa BPA menyebabkan diabetes atau kanker. 

"Belum ada bukti penelitian ilmiah pada manusia, yang ada hanya penelitian di laboratorium dengan hewan,” terangnya. 

Ditegaskan oleh Aswin, isu bahwa BPA menyebabkan diabetes, kolesterol tinggi, kanker, infertilitas dan lain-lain, adalah mitos yang menyesatkan. 

Di Indonesia, pemerintah dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan regulasi ambang batas aman migrasi BPA, yaitu maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg). Ketika sebuah produk telah beredar di pasaran, artinya produk tersebut telah mendapatkan izin dan mematuhi regulasi pemerintah yang berlaku, sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat. 

Sekalipun benar terjadi luruhan BPA pada air minum dalam kemasan galon polikarbonat, dapat dipastikan angkanya akan sangat kecil dan jauh dibawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh BPOM. 

“Butuh 10.000 liter air dalam sekali minum untuk bisa mendapatkan kadar BPA yang melebihi ambang batas aman. Itu kan hal yang mustahil,” ujar Aswin.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya