Berita

Presiden Prabowo Subianto dalam Retreat Kabinet Merah Putih di Kompleks Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah/Ist

Publika

KMP, Syekh Subakir dan Sabdo Palon

Oleh: Ahmad Arif*
SABTU, 26 OKTOBER 2024 | 18:08 WIB

RETREAT Kabinet Merah Putih (KMP) ala latihan militer dan bela negara di Kompleks Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah sejak Kamis, 24 Oktober 2024 lalu, menyedot perhatian publik. Kegiatan yang sudah direncanakan lama oleh Presiden Prabowo Subianto itu terbilang sukses.

Para menteri pun tampak happy sejak keberangkatannya dari Jakarta menggunakan pesawat Hercules terbaru. Begitu pula para Taruna-Taruni Akmil, terlihat begitu riang. Apalagi setelah Prabowo umumkan libur tiga hari di luar Sabtu-Minggu.

Prabowo dan para menteri pun terlihat ikut mandi hujan saat mengikuti Upacara Parade Senja. Prabowo telah menunjukan kelasnya sebagai pemimpin yang dibesarkan di Kawah Candradimuka sebagai pusat kekuatan. Ia tengah menunjukkan trisentra kepemimpinan ala Ki Hajar Dewantara, yakni Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.

Hal tersebut ia kemukakan saat memberikan sambutan di acara gala dinner, Jumat malam, 25 Oktober 2024. Tak hanya itu, dalam sambutan berdurasi lebih kurang 15 menit yang dipenuhi juga bumbu-bumbu humor, Prabowo menyinggung sedikit soal sejarah Bukit Tidar.

Mantan Danjen Kopassus itu menegaskan bahwa Bukit Tidar merupakan pakunya Pulau Jawa. Walaupun hanya sekali ia menyebut istilah itu, namun pesan tersiratnya cukup jelas. Memang benar, bagi masyarakat Jawa, Bukit Tidar merupakan bukan sembarang tempat.

Di sinilah diyakini terjadi perjanjian sakral antara Syekh Subakir, wali asal Persia yang diutus Kesultanan Turki Utsmani untuk misi Islamisasi Tanah Jawa. Syekh Subakir yang merupakan ahli Tasawuf kemudian memutuskan untuk singgah di Bukit Tidar. Istilahnya untuk kulonuwun dengan si penguasa atau pamomong Tanah Jawa, yakni Sabdo Palon.

Menurut berbagai versi, Sabdo Palon merupakan penjelmaan Kyai Semar, tokoh sakti yang mendampingi setiap raja-raja besar di Pulau Jawa. Terakhir, Sabdo Palon mendampingi Prabu Brawijaya V yang konon telah masuk Islam dengan gelar Sunan Lawu.

Tak berselang lama, peralihan kekuasaan pun terjadi dari Majapahit ke Demak sebagai simbol imperium Islam pertama di Tanah Jawa. Hasil lobi Syekh Subakir bisa dibilang berhasil. Peralihan terjadi secara damai, kendati ada yang menyebut terjadi peperangan dan pertumpahan darah, tapi itu tak sepenuhnya benar.

Dapat disimpulkan bahwa Sabdo Palon seperti memberi karpet merah kepada masuknya Islam ke Tanah Jawa secara damai. Walaupun ada embel-embel, Sabdo Palon akan menagih janji 500 tahun kemudian, namun bukan ranah itu yang dibahas dalam tulisan ini, melainkan bersatunya dua kutub (Islam dan Jawa) untuk mencapai kejayaan bangsa Indonesia.

Penggemblengan Spiritual dan Kebangsaan

Kembali ke Prabowo, dengan membawa Kabinet Merah Putihnya, ia hendak kulonuwun ke sing bahurekso Tanah Jawa. Ia juga membawa simbol-simbol kebesaran Majapahit (merah putih) serta panji-panji Rasulullah (merah putih), dikutip dari Buku Api Sejarah, karya Ahmad Mansur Suryanegara (2017). Artinya, melekat simbol kejayaan pada dua kutub tersebut guna mulusnya jalan mencapai tujuan luhur Indonesia Emas 2045.                               

Prabowo memang sosok pemersatu, namun ia tetap butuh dukungan dari semua pihak. Termasuk dukungan dari para leluhur guna memantapkan legitimasinya menempuh tugas berat ini. Ia pun butuh diasuh, butuh pasokan energi, butuh pamomong sebagai perantara kepada Sang Maha Kuasa.

Paling tidak, selama kepemimpinannya tak salah jalan. Gerbong kabinet yang dipimpinnya pun on the track dalam menempuh jalan terjal, mendaki lagi sukar saat mengemban misi amanat penderitaan rakyat. Prabowo pun dengan gamblang pula bisa membedakan di sekelilingnya, mana kaum patriot, mana pengkhianat sekaligus pengejar rente.

Kaum yang belakangan itulah yang amat berbahaya dalam kelangsungan hidup bangsa. Meminjam istilah Bung Karno, merekalah kaum kontra revolusi yang membahayakan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Tugas berat itu harus dicapai Prabowo untuk mewujudkan kehidupan rakyat Indonesia yang gemah ripah loh jinawi berdasarkan Rel Revolusi 17 Agustus 1945, sekaligus menyongsong bangkitnya Islam dari timur. Wallahualam bishowab.


*Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan, Founder Republikein Studieclub

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Hikmah Heboh Fufufafa

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:22

Begini Kata PKS Soal Tidak Ada Kader di Kabinet Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:45

UPDATE

BSD Kantongi Rp6,84 Triliun dari Prapenjualan Properti

Senin, 28 Oktober 2024 | 16:02

Pukulan Keras Ilia Topuria Tumbangkan Max Holloway di UFC 308

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:53

Ipda Rudy Soik: Bapak Kapolda Orang Baik, Tapi Informasi Sampai ke Beliau Tidak Benar

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:30

HUT ke-20, UCLG ASPAC Komitmen Ciptakan Kota Ramah Lingkungan, Digital, dan Berteknologi Tinggi

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:29

Baleg DPR Gelar Rapat Pleno, Ini Agendanya

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:22

Ekonom Sebut Pemerintah Tak Boleh Asal Bantu Selamatkan Sritex

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:16

Direstui Jokowi Jadi Parpol, Projo Harus Buktikan Punya Banyak Pasukan

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:59

Retret Kabinet Merah Putih di Akademi Militer Jadi Sorotan Media Asing

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:55

Kapolda Sulteng Diingatkan DPR Sering-sering Main ke Tahanan

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:48

Awal Pekan, Mayoritas Harga Bahan Pokok Naik

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:45

Selengkapnya