Berita

Serangan Israel ke Gaza/Net

Bisnis

Israel Bakal Rugi Rp1.026 Triliun Jika Nekat Lanjutkan Serangan di Timur Tengah

SABTU, 05 OKTOBER 2024 | 13:20 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Bank Israel memperkirakan bakal mengalami kerugian finansial hingga 66 miliar Dolar AS atau sekitar Rp1.026 triliun jika konflik dengan Palestina  hingga Lebanon terus berlanjut hingga akhir tahun 2024.

Perkiraan ini menunjukkan ancaman serius terhadap perekonomian Israel, dengan kerugian setara 12 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Menurut Bank Israel, kerugian ini tidak hanya berasal dari biaya militer yang dikeluarkan selama perang, tetapi juga dari dana yang digunakan untuk mengungsikan warga sipil.

Mantan Gubernur Bank Israel, Karnit Flug, mengingatkan bahwa ekonomi Israel kini berada dalam kondisi yang sangat rentan.

"Jika eskalasi saat ini berlanjut menjadi perang yang lebih lama dan intens, dampaknya akan semakin berat terhadap aktivitas dan pertumbuhan ekonomi," ujar Flug, dikutip Sabtu (5/10).

Sejumlah ekonom bahkan khawatir bahwa kerusakan ekonomi Israel akibat konflik ini bisa lebih parah daripada dampak serangan mereka ke Palestina. Namun, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, tetap optimistis bahwa perekonomian Israel bisa pulih setelah perang berakhir.

Meski demikian, tantangan yang dihadapi Israel semakin berat dalam hal pendanaan anggaran negara. Ketergantungan pada setoran pajak dari ekosistem bisnis kini tidak lagi memadai, mengingat banyak industri di Israel yang berada di ambang kebangkrutan.

Berdasarkan laporan dari kantor analisis Coface BDi, diperkirakan 60 ribu perusahaan di Israel akan bangkrut pada akhir tahun ini. Perusahaan-perusahaan kecil menjadi yang paling rentan, terutama karena kesulitan mencari investor di tengah situasi konflik yang terus berlanjut.

Selain itu, sektor-sektor ekonomi penting lainnya di Israel, seperti pertanian, konstruksi, dan pariwisata, juga mengalami tekanan berat. Dalam kondisi ini, Israel hanya bisa mengandalkan sektor teknologi untuk bertahan.

Namun, masa depan industri teknologi Israel sangat bergantung pada stabilitas regional dan kebijakan pemerintah yang mampu mengelola krisis dengan bijaksana.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

KSST Yakin KPK Tindaklanjuti Laporan Dugaan Korupsi Libatkan Jampidsus

Jumat, 24 Januari 2025 | 13:47

UPDATE

Presiden Prabowo Puji Mentan Amran atas Pengendalian Pertanian yang Sangat Baik

Senin, 03 Februari 2025 | 21:39

Alasan Komisi IX DPR dan Kepala Badan Gizi Nasional Rapat Tertutup

Senin, 03 Februari 2025 | 21:25

Fakta di Balik Aksi Bandar Narkoba yang Ngaku Setor Rp 160 Juta ke Polisi

Senin, 03 Februari 2025 | 21:17

Lima Polisi Bakal Jalani Sidang Etik Kasus Pemerasan Anak Bos Prodia

Senin, 03 Februari 2025 | 21:00

Bahlil Jegal Warung Kecil, Rakyat Menderita, Prabowo Dikhianati?

Senin, 03 Februari 2025 | 20:53

Demokrat Soroti Munculnya LPG 3 Kg Warna Pink: Jangan Sampai Kuning Kalah

Senin, 03 Februari 2025 | 20:49

Inspeksi Coretax, Airlangga Tak Mau Penerimaan Negara Terganggu

Senin, 03 Februari 2025 | 20:49

Ketua Umum PB IMSU Apresiasi Agus Andrianto Copot Petugas Korup

Senin, 03 Februari 2025 | 20:43

Brimob Polda Jateng Panen 9 Ton Jagung Dukung Ketahanan Pangan

Senin, 03 Februari 2025 | 20:42

Launching MBG di Jatim, Zulhas Serahkan Gapok untuk Siswa Yatim Piatu

Senin, 03 Februari 2025 | 20:39

Selengkapnya