Berita

Sekretaris Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) Rosita/Ist

Nusantara

Ini Masalah Serius yang Dihadapi Nelayan dan Perempuan Pesisir Tangerang

JUMAT, 27 SEPTEMBER 2024 | 00:30 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Kesatuan Perempuan Pesisir Kabupaten Tangerang Menggelar Agenda Pekan Aspirasi Perempuan Pesisir,beberapa waktu lalu. 

Kegiatan yang bertempat di Jl. Pantai Indah Dadap, RT 002 RW 002 Kelurahan Dadap, ini diikuti sekitar 120 warga. Perempuan pesisir di Dadap, Tangerang, memainkan peran sentral dalam menjaga roda kehidupan komunitas nelayan tradisional. 

Pekan Aspirasi Perempuan Pesisir turut dihadiri Ketua DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kabupaten Tangerang dan pihak Ombudsman. 


Menurut Ketua DPD KNTI Kabupaten Tangerang, saat ini para nelayan di Dadap menghadapi tiga masalah utama. Di antaranya pengedokan kapal yang hilang akibat penggusuran, penumpukan sampah dan jalan yang rusak.

"Dulu kami punya tempat untuk memperbaiki kapal, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Tanpa fasilitas pengedokan, kapal yang rusak tak bisa diperbaiki, dan ini memukul ekonomi nelayan. Situasi ini memaksa nelayan dan perempuan pesisir, bekerja lebih keras untuk mempertahankan penghidupan,” kata Sujai dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis malam (26/9).

Sedangkan Sekretaris Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) Rosita menyatakan bahwa perempuan merupakan pilar utama perjuangan masyarakat pesisir. 

“Mereka tidak hanya membantu dalam kegiatan ekonomi nelayan, tetapi juga memainkan peran penting dalam komunitas melalui berbagai program pelatihan, seminar, dan kegiatan sosial yang difasilitasi KPPI,” ucap Rosita.

"Di KPPI, kami percaya bahwa perempuan adalah motor penggerak perubahan. Melalui program pelatihan dan seminar, kami meningkatkan keterampilan dan pengetahuan perempuan pesisir, sehingga mereka tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga berdaya untuk menyuarakan aspirasi mereka," tambahnya.

Namun, masalah infrastruktur yang buruk menjadi tantangan besar bagi perempuan pesisir dan nelayan di Dadap. Tanpa pengedokan kapal, para nelayan tidak bisa memperbaiki kapal yang rusak, mengakibatkan aktivitas melaut terhambat. 

Lanjut Rosita, persoalan ini diperparah oleh penumpukan sampah di pesisir yang mengganggu ekosistem laut dan mengurangi hasil tangkapan serta menimbulkan penyakit. 

Selain itu, kondisi jalan yang rusak semakin menyulitkan akses nelayan untuk membawa hasil tangkapan ke pasar.

"Perempuan di sini berperan ganda, mereka terlibat dalam aktivitas ekonomi sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dari sampah yang menumpuk. Kami sering terpaksa membersihkan pantai sendiri, padahal seharusnya ada perhatian lebih terhadap masalah ini," jelasnya.

Rosita menekankan bahwa dukungan terhadap perempuan pesisir sangat penting dalam upaya memperbaiki kondisi kehidupan di pesisir. 

Melalui KPPI, perempuan pesisir Dadap terus mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka, baik di bidang ekonomi maupun advokasi. 

"Kami berkomitmen untuk terus memperkuat peran perempuan sebagai pilar pembangunan masyarakat pesisir. Suara perempuan nelayan harus didengar dan dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan pesisir," tambah Rosita.

Nelayan Dadap, baik Sujai maupun Rosita berharap pemerintah segera turun tangan untuk menangani masalah yang sedang  dihadapi di Dadap. 

Perbaikan fasilitas pengedokan kapal, penanganan sampah, dan perbaikan akses jalan akan membantu memperbaiki kehidupan nelayan, terutama perempuan yang bekerja keras menopang perekonomian keluarga.

“Masalah yang dihadapi nelayan dan perempuan pesisir di Dadap menjadi cerminan betapa pentingnya pemberdayaan dan dukungan infrastruktur dalam menjaga keberlanjutan kehidupan pesisir. Di tengah keterbatasan, perempuan pesisir dan nelayan terus berdiri sebagai kekuatan yang menggerakkan perubahan menuju masa depan yang lebih baik,” pungkas Rosita.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya