Berita

Ilustrasi IHSG (JIBI/Bisnis/Eusobio Chrysnamurti)

Bisnis

IHSG Longsor 1,25 Persen, Rupiah Kembali Moncer

RABU, 25 SEPTEMBER 2024 | 15:08 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Kinerja suram Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya terjadi secara mengejutkan di sesi pagi pertengahan pekan ini, Rabu 25 September 2024. IHSG secara mengejutkan terhajar koreksi sangat tajam hingga berpotensi memasuki fase koreksi.

Pantauan menunjukkan, gerak IHSG konsisten menapak zona penurunan tajam di sepanjang sesi pagi tadi. IHSG kemudian menutup sesi pagi dengan rontok 1,25 persen di 7.680,98. Pantauan lebih jauh menunjukkan, gerak suram IHSG yang kali ini dikontribusi sangat signifikan oleh sejumlah besar saham unggulan.

Saham unggulan yang masuk dalam jajaran 20 BUMN terkemuka (IDXBUMN20) serta saham unggulan yang masuk dalam jajaran pemberi dividen (IDXHIDIV20) berguguran dalam rentang sangat tajam. Akibatnya, IHSG yang dua hari sebelumnya telah terseret merah oleh kinerja saham BREN, melanjutkan gerak turun curam.

Hingga sesi perdagangan pagi berakhir, IDXBUMN20 tercatat rontok 2,68 persen di 412,34 dan IDXHIDIV20 ambruk 2,36 persen di 595,31. Besaran keruntuhan dua indeks tersebut sekaligus mencerminkan massif ya kontribusi saham unggulan dalam anjloknya IHSG.

Pantauan lebih lanjut memperlihatkan, hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terjungkal dalam penurunan bervariasi dan cenderung tajam. Saham seperti: BBNI, ADRO, UNTR, BMRI, BBCA, ICBP, HRUM, BBRI, PTBA, PGAS,  ASII, TLKM, serta ITMG harus berakhir merah. Saham unggulan tercatat hanya menyisakan SMGR yang masih mampu bertahan positif dengan naik moderat.

Berlanjutnya penurunan curam IHSG selanjutnya membawa konsekuensi pembalikan tren. Sebagaimana dimuat dalam ulasan sebelumnya, tren penguatan IHSG yang telah terbentuk sejak pertengahan Agustus lalu dan bertahan solid hingga pekan lalu. Namun gerak merah sejak akhir pekan lalu hingga sepanjang pekan Ini memaksa IHSG menatap untuk segera mengakhiri tren penguatan.

Pola teknikal akibat penurunan curam IHSG dalam tiga hari sesi terakhir dapat dilihat dalam chart berikut:

Sumber: investing.com, diolah.

Dalam tinjauan teknikal, gerak IHSG akan membentuk tren pelemahan bila konsisten terjebak  di bawah  kisaran 7.729 selama 8 hari sesi perdagangan ke depan. Dan apabila ini terjadi, maka praktis pemerintahan Presiden Jokowi berisiko mewariskan situasi buruk bursa saham pada Presiden berikutnya, Prabowo Subianto pada pekan ketiga Oktober depan.
Kinerja buram IHSG kali ini terlihat semakin buruk dibanding dengan bursa saham global. Laporan sebelumnya menunjukkan Indeks Wall Street yang masih mampu bertahan positif dan bahkan mencetak titik tertinggi barunya. Situasi seiring juga terjadi di bursa saham utama Asia, di mana Indeks Nikkei (Jepang) naik 0,14 persen di 37.994,22, indeks KOSPI (Korea Selatan) terkoreksi tipis 0,05 persen di 2.630,34, dan indeks ASX200 (Australia) turun sangat tipis 0,02 persen di 8.140,7.
Rupiah Kembali Moncer

Kinerja kontras dibukukan oleh nilai tukar Rupiah di pasar uang. Setelah kesulitan melanjutkan gerak penguatan tajam dalam beberapa hari sesi perdagangan terakhir, Rupiah mendapatkan momentum untuk melonjak signifikan.

Sentimen dari menguat nya seluruh mata uang utama dunia yang berlanjut hingga sesi perdagangan siang ini di Asia, menjadikan Rupiah mampu melonjak tajam. Gerak Rupiah juga terlihat konsisten menginjak zona penguatan tajam di sepanjang sesi perdagangan pagi ini. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah masih stabil bertengger di kisaran Rp15.084 per Dolar AS atau melonjak tajam 0,63 persen. Rupiah bahkan kini tercatat sebagai mata uang terkuat kedua di Asia di bawah Ringgit Malaysia.

Tinjauan terkini RMOL menunjukkan, Dolar AS sekedar menghitung hari untuk terjungkal di level psikologis nya di kisaran Rp15.000. Rupiah bahkan masih berpeluang besar untuk menghantarkan Dolar AS di bawah level psikologis tersebut, seiring dengan tren penguatan yang sedang menderas di pasar uang global.

Pantauan pada pasar uang global menunjukkan, mata uang Euro dan Poundsterling yang telah menembus ke atas level psikologis nya masing-masing di 1,1200 dan 1,3400. Sementara Dolar Australia juga telah sempat menembus ke atas level psikologis nya di kisaran 0,6900. Sentimen dari ekspektasi kebijakan penurunan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed menjadi pendorong menguat nya mata uang utama dunia tersebut.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya