Ilustrasi (Foto: Fox business.com)
Keputusan menurunkan suku bunga oleh The Fed masih menjadi pertaruhan bagi pelaku pasar di seluruh dunia. Setelah penantian berbulan-bulan, kini kebijakan yang sedang sangat dinantikan investor itu semakin dekat. Spekulasi kini melebar pada besaran penurunan suku bunga. Sejumlah pelaku pasar mengekspektasikan 0,25 persen, namun kalangan investor lainnya berharap pemangkasan hingga sebesar 0,5 persen.
Di tengah serangkaian spekulasi tersebut, jalannya sesi perdagangan terkesan mandek alias hanya berada di rentang sempit. Pola demikian mengindikasikan investor yang sesungguhnya masih menaruh keraguan setelah indeks Wall Street melonjak sangat tinggi hingga mencetak rekor dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya.
Pantauan menunjukkan, indeks DJIA yang menutup sesi dengan turun tipis 0,04 persen di 41.606,18, sementara indeks S&P500 naik moderat 0,03 persen di 5.634,58, dan indeks Nasdaq menguat 0,2 persen dengan menutup di 17.628,06. Pantauan lebih jauh juga memperlihatkan, gerak indeks yang masih berada di rentang terbatas hingga sesi perdagangan after hours.
Situasi indeks Wall Street yang terkesan malas gerak alias "mager" ini kemudian menjadi bekal bagi sesi perdagangan di Asia dan Jakarta. Laporan terkini memperlihatkan, gerak indeks di Asia yang cenderung ikut dalam gerak sempit pada hari ini, Rabu 18 September 2024. Hingga ulasan ini disunting, indeks ASX200 (Australia) melemah tipis 0,15 persen di 8.128,8. Sementara indeks Nikkei (Jepang) naik moderat 0,04 persen di 36.217,49.
Catatan menunjukkan, pelaku pasar di Jepang yang mendapatkan suntikan sentimen domestik dari rilis data neraca dagang pagi ini. Otoritas Jepang mengklaim kinerja dagangnya yang defisit sebesar ¥695 milyar pada Agustus lalu. Besaran defisit tersebut telah menurun signifikan ketimbang bulan sebelumnya. Namun rilis tersebut terlihat gagal menghantarkan Indeks Nikkei berbalik melonjak tajam usai merosot curam di sesi perdagangan kemarin.
Gerak indeks Nikkei akhirnya kembali terjebak di rentang terbatas sebagaimana Wall Street. Situasi ini kemudian membuat pelaku pasar di Jakarta turut malas untuk mengangkat IHSG secara tajam. IHSG tercatat hanya naik sangat tipis 0,05 persen dengan menutup sesi pagi di posisi 7.835,99. Pantauan juga memperlihatkan IHSG yang kembali sempat mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah pada pagi ini dengan menyentuh kisaran 7.879,04, atau semakin berpotensi mendekati level psikologis di 8.000.
Kinerja saham unggulan terlihat kasih bervariasi pada sesi perdagangan pagi ini. Saham BBRI, TLKM, ASII, UNTR serta BBCA tercatat mampu bertahan hijau. Namun sejumlah saham unggulan lain beralih merah, seperti: BMRI, ADRO, SMGR dan ISAT.
Saham BRIS Masih MoncerSesi perdagangan yang sepi kali ini juga masih diwarnai dengan berlanjut hijaunya kinerja saham Bank Syariah Indonesia, BRIS. Usai melonjak curam pada sesi perdagangan kemarin, BRIS kembali menguat lumayan tajam pagi ini sebesar 1,93 persen dengan menjejak posisi Rp3.160. Kinerja BRIS juga kembali mencolok kali ini di tengah masih mager nya sejumlah saham terkemuka.
Dengan berlanjutnya gerak naik, tinjauan teknikal BRIS kini semakin mengukuhkan tren penguatan yang telah terbentuk. Gerak menguat lebih lanjut, dengan demikian masih berpeluang besar pada beberapa sesi perdagangan ke depan, di tengah belum tersedianya sentimen fundamental yang melandasinya.
Rupiah Berharap BIKinerja ragu juga terjadi di pasar uang di mana nilai tukar Rupiah beralih melemah pada pagi ini. Di tengah sentimen global yang masih berupaya bertahan untuk menurunkan Indeks Dolar AS sebagai antisipasi penurunan suku bunga oleh The Fed, Rupiah gagal menjejak zona penguatan.
Pantauan terkini memperlihatkan, Rupiah yang masih cenderung melemah sangat tipis hingga siang ini. Rupiah tercatat masih berada di kisaran Rp15.344 per Dolar AS atau melemah tipis 0,1 persen. Pelaku pasar diyakini masih menantikan keputusan Bank Indonesia terkait suku bunga, yang diagendakan dirilis pada sore ini, jam 14.30 wib.
Gerak Rupiah di rentang terbatas juga terlihat seiring dengan gerak mata uang utama dunia. Laporan lebih jauh juga menunjukkan, gerak mata uang Asia yang seragam terjebak dalam rentang terbatas. Gerak di rentang terbatas ini sekali lagi mencerminkan sikap ragu pelaku pasar.
Secara keseluruhan, pelaku pasar masih menggantungkan harapan pada langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga pada Kamis besok dinihari waktu Indonesia Barat.