Berita

Ilustrasi Gambar/Net

Politik

Elite Politik Kini Tak Lagi Menyehatkan Demokrasi

SELASA, 13 AGUSTUS 2024 | 13:11 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Iklim demokrasi tahun 2024 ini dinilai tak lagi sehat. Hal itu disebabkan watak berpolitik para elite yang semakin rakus kekuasaan.

Ketua The Constitutional Democracy Initiative (Consid), Kholil Pasaribu mengamati, pembentukan koalisi pengusung calon kepala daerah tahun ini cenderung dikuasai oleh gerbong partai-partai politik pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

"Keberadaan calon tunggal dalam pilkada 2024 menjadi pilihan yang disenangi partai politik. Gejala ini terlihat terutama di pilkada provinsi-provinsi besar," ujar Kholil kepada RMOL, Selasa (13/8).


"Ada semacam kesepahaman di antara partai-partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), koalisi pemenangan Prabowo-Gibran pada pilpres lalu untuk melanjutkan kerja sama politik dalam pilkada ini," sambungnya mempertegas.

Dia memperhatikan, mobilisasi dukungan partai-partai politik KIM mengarah hanya pada satu calon memperparah konstelasi, karena partai-partai politik yang oposisi mulai terpengaruh karena potensi tak mendapat kursi kekuasaan eksekutif di daerah.

"Para elite parpol tidak lagi memedulikan apakah cara yang dilakukan itu rasional atau tidak. Menguntungkan bagi kehidupan politik dan demokrasi yang sehat atau sebaliknya. Celakanya parpol di luar KIM mulai memberikan sinyal kuat untuk bergabung dalam koalisi besar ini," tuturnya.

Oleh karena itu, Kholil menganggap watak berpolitik para elite hari ini tak lagi sebagai wakil rakyat, karena yang dipikirkan hanya dirinya sendiri dan kelompoknya saja.

"Ini kooptasi kehendak politik rakyat oleh elite parpol, sesungguhnya merampas hak masyarakat untuk mendapatkan calon kepala daerah yang terbaik dan banyak dipilih," jelasnya.

"Rekayasa calon tunggal juga merusak hakikat pilkada yang demokratis yang mensyaratkan adanya kontestasi yang setara dan adil di antara para kontestan," demikian Kholil menambahkan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya