Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto/Net
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Utara yang terjalin erat selama kepemimpinan Presiden Soekarno, diperkirakan akan berlanjut di era presiden terpilih Prabowo Subianto.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Bidang Luar Negeri DPP Partai Gerindra Irawan Ronodipuro dalam acara webinar "Strategic Crossroads: Navigating the North Korean Challenge in East Asian Security and Indonesian Foreign Policy" yang digelar atas kolaborasi Marapi Consulting and Advisory, Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) dan Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis siang (31/5).
Irawan memaparkan tentang ketegangan militer Semenanjung Korea yang belakangan terus meningkat sejalan dengan latihan senjata nuklir Korea Utara.
Sebagai negara yang memiliki hubungan diplomatik dan sejarah persahabatan, Irawan menilai, Indonesia mampu mengambil peran dalam upaya meredakan ketegangan di wilayah tersebut.
Dia menceritakan bagaimana kedekatan Presiden Soekarno dengan pemimpin tertinggi Korea di masa itu, Kim Il Sung. Keduanya saling melakukan kunjungan, bahkan Soekarno menghadiahi Kim dengan bunga anggrek yang ia namakan Kim Il Sungia.
"Saat berkunjung ke Pyongyang tahun 1964, Soekarno kagum melihat negara yang populasi kecil tapi mandiri. Keduanya saling
respect," ungkap Irawan.
Menurut Irawan hubungan ini perlu kembali dipupuk, salah satunya dengan mengundang kembali pemimpin Korea Utara ke Indonesia.
"Mungkin Presiden Prabowo bisa mengundang Kim Jong Un ke sini dan ajak ke bogor," kata dia.
Dikatakan Irawan, momentum ini penting karena Kim Jong Un sedang berusaha membuka diri, ini tampak dari kunjungan yang dilakukan Kim ke Rusia.
Irawan mengatakan, Prabowo yang merupakan Menteri Pertahanan RI bisa menggunakan pengalamannya untuk mendorong
military diplomacy dengan Korea Utara.
"Saya kira Korea Utara ini memang butuh kita perhatikan, mengajak mereka berperan menjaga stabilitas nasional," ujarnya.
Dia menggarisbawahi diplomasi yang ditempuh Prabowo akan tetap pada prinsip kebijakan luar negeri Indonesia, yang bebas aktif dan mendukung stabilitas perdamaian.
"Di bawah pemerintahan Prabowo kita akan mempertahankan sikap ini. Sering sekali Prabowo berkata bahwa
one thousand friends are too few, one enemy is too many," tambahnya.
Webinar yang diikuti oleh ratusan peserta ini menghadirkan sejumlah narasumber ternama di antaranya Ketua Umum AIHII Agus Haryanto, Dosen Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Ratih Indraswari dan Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Hariyadi Wirawan.
Diskusi daring tersebut membicarakan mengenai ketegangan militer di Asia Timur, berfokus pada perkembangan senjata nuklir Korea Utara dan dampaknya pada stabilitas dan keamanan kawasan, serta bagaimana Indonesia menempatkan diri dalam situasi tersebut.