Api dharma dari sumber api alam Mrapen yang disakralkan di Candi Mendut/RMOLJateng
Rangkaian perayaan Waisak terus bergulir. Api dharma yang diambil dari sumber api alam di Mrapen, Grobogan, semalam tiba di Candi Mendut, Magelang.
Selanjutnya api disemayamkan di Candi Mendut dan disakralkan melalui ritual yang dilakukan para biksu dan umat Buddha.
Ketua DPD Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah, Tanto Harsono, seperti dikutip dari
Kantor Berita RMOLJateng, Rabu (22/5), mengatakan, api dharma sengaja diambil dari api abadi di Mrapen yang tidak pernah padam.
Api dharma, kata dia, merupakan lambang yang memancarkan cahaya gemerlapan, untuk mengusir kegelapan agar menjadi terang, serta memberikan semangat menembus ketidaktahuan dalam kehidupan di dunia fana ini.
Pancaran sinar api abadi itu akan merubah kehidupan menjadi terayomi oleh tuntutan dharma yang mampu melepaskan manusia dari belenggu penderitaan.
"Kami berharap semangat kita, kehidupan kita, semua akan langgeng," katanya lagi, saat ditemui di sela pensakralan api dharma di Candi Mendut.
Setelah disakralkan, selanjutnya umat Buddha akan melaksanakan prosesi pradaksina di Candi Borobudur.
Pradaksina merupakan tradisi meditasi dengan cara berjalan kaki mengelilingi stupa Candi Borobudur sebanyak 3 kali, searah jarum jam.
Dalam pradaksina, para biksu berdoa dengan membaca mantra-mantra sesuai keyakinan masing-masing. Intinya, agar cita-citanya terkabul.
Selanjutnya pada Kamis (23/5), sebagai puncak peringatan Tri Suci Waisak 2568 BE/2024, api dharma bersama air suci yang diambil dari Jumprit, Temanggung, dikirab menuju Candi Borobudur.
Dalam rangkaian peringatan Waisak 2024, Walubi Jawa Tengah berharap terwujudnya kebersamaan dan kerukunan hidup umat beragama yang dilandasi cinta kasih dan welas asih. Hal itu menjadi rangkaian seluruh aktivitas Buddha Dharma Indonesia.
"Kita semua berharap bisa rukun, bahagia. Semua bisa makmur sentosa. Kehidupan bangsa kita juga aman dan baik," harap Tanto Harsono.