Seorang biksu muda Tibet melihat ponselnya di luar kuil Nanwu di Kangding, sebelah barat provinsi Sichuan, Tiongkok, 2 April 2008./RFA
Pemerintah Tiongkok menutup sebuah blog populer berbahasa Tibet dengan alasan melanggar hak cipta. Penutupan ini membuat marah warga Tibet termasuk yang tinggal di pengasingan yang selama ini mengandalkan blog tersebut untuk mengakses konten Tibet.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 2 April lalu, pengelola Luktsang Palyon, atau Domba Tibet, mengatakan website tersebut dan blog WeChat terkait telah diblokir pihak berwenang karena diduga melakukan pelanggaran hak cipta. Pengelola “Domba Tibet” telah mengajukan banding resmi kepada pihak berwenang untuk memulihkan website itu lagi.
“Pemerintah telah sepenuhnya memblokir akses ke
Luktsang Palyon,” kata pengelola yang tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan seperti diberitakan
Radio Free Asia (RFA).
Selama beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Tiongkok telah meningkatkan upaya membatasi penggunaan bahasa Tibet dengan melakukan tindakan keras terhadap blog, sekolah, website, platform media sosial, dan aplikasi terkait, seiring dengan upaya Beijing untuk terus menerapkan kebijakan asimilasi di Tibet.
Meskipun administrator telah secara resmi meminta pihak berwenang membatalkan perintah tersebut, kecil kemungkinan situasinya akan berubah, kata seseorang di Tibet yang mengetahui masalah ini dan juga menolak disebutkan namanya.
Jika dipulihkan, Luktsang Palyon akan menjamin hak-hak penulis ditegakkan. Namun jika permintaan tersebut ditolak, pihaknya akan “sepenuhnya mematuhi keputusan pemerintah,” kata pengelola
Dodmba Tibet lagi.
Platform ini juga menekankan pentingnya perlindungan hak cipta dan keaslian konten yang dipublikasikan di blognya.
Didirikan pada bulan Maret 2013,
Luktsang Palyon fokus pada topik-topik yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Tibet dan telah membangun komunitas pembaca setia sebagai sumber tulisan-tulisan orang Tibet baik di dalam maupun di luar Tibet.
Ia telah menerbitkan sekitar 10 ribu konten pendidikan, artikel dan cerita Tibet, lirik musik, terjemahan Tibet-Mandarin, dan konten audio.
“Menutup platform ini merupakan kerugian besar dan keprihatinan bagi komunitas ilmiah Tibet karena platform ini terus menjadi sumber akses terhadap konten,” kata Beri Jigme Wangyal, seorang profesor sastra dan penulis di Universitas Pusat Studi Tibet di Varanasi, India.
Pihak berwenang telah memblokir platform online berbahasa Tibet lainnya dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2022, aplikasi pembelajaran bahasa
Talkmate yang berbasis di Tiongkok dan layanan streaming video
Bilibili menghapus bahasa Tibet dan Uyghur dari situs mereka menyusul arahan yang dikeluarkan oleh otoritas Tiongkok.
Belakangan di tahun yang sama, pembuat aplikasi berbagi video pendek berbahasa Tibet bernama
GangYang menutupnya karena alasan keuangan.
Namun, kelompok hak asasi manusia mengatakan langkah tersebut kemungkinan besar dipicu oleh perintah pemerintah Tiongkok untuk menutup aplikasi tersebut ketika pihak berwenang meningkatkan upaya untuk membatasi warga Tibet menggunakan bahasa mereka sendiri.