Tingkat hunian hotel pada awal Ramadan menurun dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, memprediksi bahwa penurunan bisa sampai 25 persen dibandingkan hari-hari biasa.
Hal itu disebabkan karena di saat itu jarang sekali orang yang berlibur dan menginap di hotel.
Iwantono juga mengungkapkan bahwa bukan hanya tingkat keterisian hotel yang menurun, tetapi tren masyarakat yang makan di restoran juga ikut menurun.
Kegiatan buka bersama juga tidak menutup tren penurunan makan di restoran. Momentum tersebut, kata Iwantono, tentu berbeda dengan hari biasanya yakni ketika konsumen makan di restoran bisa tiga kali pada pagi, siang dan sore hari.
"Buka puasa, orang makan hanya satu kali, sedangkan di waktu pagi, siang dan sore tidak ada yang makan. Tapi tentunya kita berharap Ramadan tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu," kata Iwantono, dalam keterangan yang dikutip dari Antara, Sabtu (16/3).
Sejumlah restoran besar tentunya telah menyiapkan strategi khusus untuk menarik pelanggan seperti potongan harga khusus, namun yang utama adalah memelihara pelanggan agar tetap kembali ke restoran.
Menurut Iwantono, tingkat keterisian hotel akan kembali meningkat menjelang akhir Ramadan dan sepanjang libur Lebaran.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengungkapkan, kegiatan buka puasa (iftar) atau sahur bersama yang dilakukan oleh masyarakat selama Ramadan, bisa menjadi peluang bagi perhotelan.