Berita

Kompleks kimia BASF di Jerman/Net

Dunia

Terkait Dugaan Kerja Paksa, BASF akan Jual Saham di Dua Perusahaan China di Xinjiang

SABTU, 10 FEBRUARI 2024 | 09:01 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Raksasa kimia Jerman BASF mengatakan akan menjual sahamnya di dua perusahaan patungan di wilayah Xinjiang, China.

BASF menyebutkan divestasi sahamnya dalam usaha patungan dengan Xinjiang Markor Chemical Industry terutama disebabkan oleh tingginya emisi karbon dioksida dan tekanan persaingan di pasar bahan kimia antara 1,4-butanediol (BDO). Perusahaan itu menyebut faktor “lingkungan pasar dan jejak karbon produk” dari bahan kimia yang dibuat di pabrik di Xinjiang.

Usaha patungan tersebut merupakan satu-satunya proyek BASF di Xinjiang, meskipun mereka juga memiliki fasilitas di wilayah lain di Tiongkok .

Keputusan yang disampaikan Jumat (9/2) juga diduga terkait dengan laporan kelompok hak asasi manusia yang telah mendokumentasikan adanya dugaan pelanggaran termasuk kerja paksa di kamp penahanan.

“Laporan yang baru-baru ini diterbitkan terkait dengan mitra usaha patungan tersebut berisi tuduhan serius yang mengindikasikan aktivitas yang tidak sejalan dengan nilai-nilai BASF," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Nikkei, Sabtu (10/2).

"Oleh karena itu, BASF akan mempercepat proses divestasi sahamnya,” lanjutnya.

Mereka menambahkan bahwa auditnya belum menemukan bukti adanya pelanggaran hak asasi manusia di kedua perusahaan patungan tersebut dan tidak ada indikasi bahwa karyawan di perusahaan tersebut terlibat dalam pelanggaran tersebut.

Beijing telah berulang kali membantah pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.

Awal tahun ini, media penyiaran Jerman ZDF dan majalah Spiegel bersama-sama melaporkan bahwa staf Xinjiang Markor terlibat dalam pengawasan negara terhadap warga Uighur di wilayah tersebut.  

Amerika Serikat membatasi impor dari perusahaan induknya, Xinjiang Zhongtai Group pada bulan September dengan alasan praktik bisnis yang melibatkan minoritas Uighur.

Pemerintah China telah menghadapi banyak tuduhan menindas warga Uighur di wilayah tersebut, dan perusahaan-perusahaan Barat yang beroperasi di sana mendapat tekanan untuk bertindak.

Human Rights Watch (HRW) pekan lalu mendesak produsen mobil yang memproduksi mobil di China untuk berbuat lebih banyak guna memastikan bahan-bahan yang dapat dibuat dengan menggunakan kerja paksa Uighur tidak masuk ke dalam rantai pasokan mereka.

Dua investor Volkswagen mengatakan pada akhir tahun lalu bahwa produsen mobil Jerman tersebut harus memeriksa operasinya di China untuk memastikan rantai pasokannya mematuhi undang-undang hak asasi manusia, setelah audit terhadap situs milik bersama mereka di Xinjiang tidak menemukan tanda-tanda kerja paksa.

BASF, yang menghabiskan hingga 10 miliar euro (10,8 miliar dolar AS) untuk pembangunan kompleks kimia di Zhanjiang, China selatan, mengatakan kehadirannya di China tetap tidak berubah.

Populer

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

UPDATE

3 Komisioner Bawaslu Kota Blitar Dilaporkan ke DKPP

Selasa, 05 November 2024 | 03:58

Menteri Hukum Tegaskan Jakarta Masih Ibukota Negara

Selasa, 05 November 2024 | 03:40

Catalunya Gantikan Valencia Gelar Seri Pamungkas MotoGP 2024

Selasa, 05 November 2024 | 03:22

Demokrat Bentuk Satgas untuk Amankan Pilkada di Jakarta, Jabar, hingga Banten

Selasa, 05 November 2024 | 02:57

MAKI: Debat Harusnya untuk Jual Program, Bukan Saling Menyerang

Selasa, 05 November 2024 | 02:22

Dubes Mohamed Trabelsi: Hatem El Mekki Bukti Kedekatan Hubungan Indonesia dan Tunisia

Selasa, 05 November 2024 | 02:09

Polisi Gelar Makan Siang Gratis untuk Siswa Berkebutuhan Khusus

Selasa, 05 November 2024 | 01:54

Ancelotti Minta LaLiga Dihentikan

Selasa, 05 November 2024 | 01:36

Pelajar yang Hanyut di Sungai Citanduy Ditemukan Warga Tersangkut di Batu

Selasa, 05 November 2024 | 01:21

Pendidikan Berkualitas Kunci Pengentasan Kemiskinan

Selasa, 05 November 2024 | 00:59

Selengkapnya