Berita

Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan/RMOL

Publika

Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

JUMAT, 19 JANUARI 2024 | 07:22 WIB | OLEH: DR. IR. SUGIYONO, MSI

KELANGKAAN pupuk bersubsidi bukanlah fenomena baru. Dari tahun ke tahun senantiasa ada keluhan petani tentang kelangkaan pupuk bersubsidi.

Capres Ganjar Pranowo per 17 Januari 2024 menjelaskan kepada petani yang menyampaikan masalah kelangkaan pupuk bersubsidi. Ganjar meyakini kelangkaan disebabkan oleh alokasi kuota pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat berkurang.

Akan tetapi berdasarkan informasi dari Nota Keuangan beserta APBN tahun anggaran 2023 dan 2024 disebutkan bahwa pupuk bersubsidi berdasarkan outlook dan alokasi APBN tahun 2023 sebesar Rp25,3 triliun. Kemudian alokasi kuota pupuk bersubsidi berdasarkan APBN tahun 2024 sebesar Rp26,7 triliun.

Dengan memperhitungkan prediksi inflasi tahun 2024 sebesar 3,2 persen, maka alokasi kuota pupuk bersubsidi tahun 2024 setara dengan nilai Rp26,11 triliun.

Artinya, pemerintah pusat termasuk di dalamnya Kementerian Keuangan dan DPR menetapkan kebijakan menaikkan besaran pupuk bersubsidi. Alokasi kuota pupuk bersubsidi bukannya dikurangi, melainkan justru ditambah.

Ketidakcocokan informasi pada kampanye Pilpres 2024 memang dapat terjadi, yang antara lain mungkin bermaksud untuk mengesankan bahwa pemerintah pusat periode Joko Widodo dan KH Maruf Amin kurang berpihak kepada aspirasi kebutuhan petani penerima manfaat pupuk bersubsidi.

Keikutsertaan Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi putra sulung dari Presiden Joko Widodo, kemudian terkesan diikuti oleh konstruksi penguatan opini bahwa telah terjadi dugaan kecurangan dalam proses kampanye Pilpres. Hal itu, karena penggunaan logika pola pikir “cawe-cawe”, yang dirumorkan dipraktikkan oleh Joko Widodo.

Untuk menurunkan elektabilitas pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, maka terkesan telah terjadi penguatan konstruksi bahwa Joko Widodo musti dimakzulkan.

Agar Pilpres senantiasa berjalan dengan jujur, adil, rahasia, dan luber tanpa keberadaan Joko Widodo, maka gerakan pemakzulan presiden senantiasa didengung-dengungkan.

Bahkan diikuti oleh gagasan memundurkan sekitar 15 menteri, seperti strategi yang digunakan untuk menjatuhkan mantan Presiden Soeharto, walaupun Sekjen PDIP cepat-cepat menyatakan tidak ada menteri dari PDIP yang ditarik mundur dari kabinet.

Selanjutnya walaupun usulan hak angket, maupun yang terbaru adalah pengulangan berkali-kali untuk maksud memakzulkan Joko Widodo tidak ditindaklanjuti oleh DPR, MPR, dan DPD, namun maksud kegiatan memakzulkan Joko Widodo dengan berbagai cara senantiasa dikumandangkan. Itu untuk maksud membangun optimisme usaha dalam menaikkan elektabilitas Pilpres.

Kembali kepada persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi.

Di tengah masalah ketidaktepatan penerima manfaat pupuk bersubsidi, yang direspons dengan ikhtiar pemfokusan sub sektor dan komoditas, maupun digitalisasi kartu tani, RDKK, menggunakan biometrik, dan sebagainya, namun pelibatan banyak instansi, verifikator, dan pengawasan belum menghapus kelangkaan pupuk bersubsidi.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef); Pengajar Universitas Mercu Buana

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya