Berita

Aksi teatrikal berjudul "Jangan Ganggu Anakku"/Ist

Politik

Aktivis Gelar Pentas Teatrikal "Jangan Ganggu Anakku"

SABTU, 16 DESEMBER 2023 | 18:52 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Lewat aksi teatrikal, kelompok aktivis yang tergabung dalam Teater Sinar Lilin menyampaikan kritik pada pengusutan kasus korupsi yang melibatkan lingkaran terdekat kekuasaan, dan akhirnya memakan korban, yakni lembaga yang bertugas memberantas korupsi.

Aksi berjudul "Jangan Ganggu Anakku" itu, digelar di halaman Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat sore (15/12).

Mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Hasnu Ibrahim yang menjadi narator aksi teatrikal ini mengatakan, kisah ini terjadi di suatu negeri, bukan di Konoha, bukan juga di Wakanda.

Penguasa di negeri, yang dalam aksi teaterikal disebut sebagai Bos Negara, awalnya ketika belum berkuasa digambarkan para pemujanya sebagai pria yang sederhana dan terlihat lugu.

"Kala itu penampilannya seperti rakyat jelata. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sari pati kekuasaan memabukkan dan membuatnya ketagihan," ujar Hasnu.

Kata dia, entah bisikan siapa dan dari mana, mulai muncul keinginan Bos Negara untuk berkuasa selama-lamanya. Segala cara dia gunakan untuk menumpuk kekuasaan.

Bos Negara mulai menempatkan orang-orang kepercayaan yang bisa dengan mudah disetirnya di berbagai posisi penting Negara.

"Tidak cukup sampai di situ, dia mulai mempersiapkan putra sulungnya untuk melanjutkan kekuasaan keluarga mereka," kata sang narator lagi.
 
"Putra sulung ini dikarbit habis-habisan. Tak boleh diganggu. Siapapun yang menghalangi perjalanan sang putra sulung harus berhadapan dengan tentakel kekuasaan Bos Negara," sambungnya.

Salah satu korban dari syahwat kekuasaan Bos Negara ini adalah Ketua Lembaga Anti Korupsi (LAK) yang digambarkan sebagai sosok yang lurus, yang bekerja mengikuti prosedur yang ada dan tidak mau main sepak bola gajah.

"Dia harus berhadapan dengan tentakel kekuasaan Bos Negara, dan dibungkam," kata Hasnu lagi.

Setelah itu adegan demi adegan pun dimulai.

Diawali dari seorang Aktivis yang gelisah setelah menemukan dugaan tindak pidana pencucian uang dan praktik nepotisme yang melibatkan orang-orang terdalam lingkaran kekuasaan termasuk anak-anak Bos Negara.

Setelah menyusun temuannya secermat mungkin, Aktivis yang diperankan oleh Ubedilah Badrun, seorang dosen dan aktivis pergerakan UNJ, mendatangi kantor LAK dan menyerahkan dokumen-dokumen penting itu kepada Ketua LAK.

Ketua LAK pun terkejut membaca narasi di dalam dokumen itu.

"Terkadang dia menggarukkan kepala, terkadang tampak terkejut. Beberapa kali mengelus dada tanda prihatin pada apa yang dibacanya. Lalu Ketua LAK berjalan ke arah Istana berniat menemui Bos Negara," kata Hasnu mengiringi adegan.

"Awalnya, dia tampak ragu-ragu. Jalannya maju dan mundur. Namun akhirnya mantap, melangkah ke Istana,” ujar Hasnu Ibrahim mengiringi adegan ini.

Sementara, di Istana terlihat Bos Negara sedang bersenda gurau dengan kedua anaknya. Tidak jauh dari mereka berdiri gagah Kepala Polisi Nasional (KPN) dan Kepala Polisi Daerah (KPD) yang mengawal kekuasaan penghuni Istana.

Tidak lama kemudian, Ketua LAK tiba di Istana. Setelah memberikan hormat kepada Bos Negara, dia menyerahkan dokumen-dokumen yang diperolehnya dari Aktivis Ubed. Membaca dokumen-dokumen itu, air muka Bos Negara langsung berubah. Jelas sekali dia terganggu dan marah.

Dia menuding-nuding Ketua LAK yang tetap berdiri menatapnya.

Setelah menyerahkan dokumen-dokumen tersebut, Ketua LAK balik kanan hendak kembali ke kantornya. Di saat itulah, Bos Negara memberikan perintah kepada KPN dan KPD untuk meringkus Ketua LAK.

Aksi teatrikal ini ditutup dengan adegan Ketua LAK diborgol, sementara rakyat di latar belakang menitikkan air mata.

Usai pertunjukan, Hasnu mengatakan, pihaknya sengaja melibatkan Ubedilah karena Ubedilah pernah melakukan hal yang kurang lebih sama saat melaporkan kasus dugaan TPPU dan KKN yang melibatkan kedua anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep.

Di tengah gunjingan politik karbit, keduanya kini menempati posisi penting di blantika politik tanah air.

Kaesang menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sementara Gibran setelah dua tahun menduduki kursi Walikota Solo kini mulus menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.   

"Kami tidak tahu pasti, di titik mana kisah yang kami bawakan ini memiliki kemiripan dengan kisah yang terjadi di tanah air. Tapi, tentu saja kami prihatin bila kasus-kasus yang melibatkan orang di lingkaran terdalam kekuasaan hilang begitu saja ditelan nafsu kekuasaan," ujar Hasnu.

Dia menambahkan, dalam waktu dekat mereka akan mementaskan aksi teatrikal ini di berbagai kampus. Diharapkan ini menjadi pendidikan politik yang baik agar masyarakat berhati-hati dalam memilih pemimpin nasional.

Populer

Pesawat Nepal Jatuh, Hanya Satu Orang yang Selamat

Rabu, 24 Juli 2024 | 15:16

Walikota Semarang dan 3 Lainnya Dikabarkan Berstatus Tersangka

Rabu, 17 Juli 2024 | 13:43

KPK Juga Tetapkan Suami Walikota Semarang dan Ketua Gapensi Tersangka

Rabu, 17 Juli 2024 | 16:57

Walikota Semarang dan Suami Terlibat 3 Kasus Korupsi

Rabu, 17 Juli 2024 | 17:47

KPK Bakal Audit Semua Rumah Sakit Telusuri Dugaan Fraud BPJS Kesehatan

Rabu, 24 Juli 2024 | 18:51

Kantor Rahim di Depok Ternyata Rumah Tinggal, Begini Kondisinya

Rabu, 17 Juli 2024 | 11:05

Duet Airin-Rano Karno Tak Terbendung di Pilkada Banten

Rabu, 17 Juli 2024 | 13:23

UPDATE

Sabotase Kereta Cepat Jelang Pembukaan Olimpiade Paris, PM Prancis: Ini Dilakukan Terencana

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:47

Banyak Hadiah Menarik Pertamina di Booth dalam Event GIIAS 2024

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:37

Kabar Deklarasi Anies-Zaki, Golkar: Hoax!

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:15

Ekonomi Lesu, Laba Industri China Justru Naik 3,6 Persen

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:07

Putri Suku Oburauw Catar Akpol: Saya Busur Panah untuk Adik-adik

Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:58

Kuasa Hukum Dini: Hakim Persidangan Greg Tannur Berat Sebelah

Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:35

Dimyati Masih Ngarep Golkar dan PDIP Gabung

Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:10

Menyusul TNI, Polri Rotasi 6 Kapolda Jelang Pilkada

Sabtu, 27 Juli 2024 | 15:32

Masih Cair, Peluang Jusuf Hamka di Pilkada Jakarta Masih Terbuka

Sabtu, 27 Juli 2024 | 15:31

4 Pangdam Dirotasi Jelang Pilkada, Ajudan Jokowi jadi Pangdam Brawijaya

Sabtu, 27 Juli 2024 | 15:13

Selengkapnya