Berita

Kolase bendera China dan pecahan yuan/Net

Publika

Penurunan Ekonomi China dan Potensi Krisis Ekonomi Indonesia

OLEH: ANTHONY BUDIAWAN*
RABU, 25 OKTOBER 2023 | 15:05 WIB

CHINA sedang mengalami banyak masalah. Kinerja ekonomi turun. Dampak kebangkrutan sektor properti dikhawatirkan akan meluas. Untuk sementara, memang dapat diredam. Tetapi, bisa saja meledak kembali setiap saat.

Target pertumbuhan ekonomi China 2023 ditetapkan 5 persen, bisa saja tidak tercapai.

Lemahnya ekonomi China berdampak serius pada perdagangan internasional, ekspor-impor China juga terus melemah.

Ekspor Agustus 2023 turun 8,8 persen (yoy). Impor juga turun 7,3 persen (yoy). Bulan sebelumnya, Juli 2023, ekspor dan impor China turun masing-masing 14,5 persen dan 12,4 persen.

Dalam 6 bulan pertama, ekspor China ke Amerika Serikat turun 25 persen, akibat pemerintah Amerika Serikat memberlakukan kebijakan pembatasan perdagangan dengan China. Selain itu, Amerika Serikat juga memberlakukan larangan investasi bagi perusahaan-perusahaan Amerika di China.

American trade restrictions have partly contributed to a 25% drop in Chinese exports to the US in the first half of this year, while US Commerce Secretary Gina Raimondo recently called the country "uninvestable" for some American firms.

Baca: What China's economic problems mean for the world


Kesulitan ekonomi domestik China, penurunan ekspor-impor, kemudian diperparah dengan kondisi investasi China di luar negeri yang juga sedang menghadapi masalah serius, khususnya terkait Belt and Road Initiative (BRI) atau OBOR (One Belt One Road).

Banyak negara tidak bisa mengembalikan utang proyek OBOR kepada pihak China. Sebagian assets dari proyek OBOR di berbagai negara sudah disita. Tetapi, tidak menyelesaikan masalah China. Malah akan menjadi beban tambahan. Karena kebanyakan dari proyek tersebut mengalami defisit cashflow yang sangat serius sehingga memerlukan suntikan dana tambahan.

Di tengah kesulitan ekonomi, China memberhentikan dua menteri yang sangat penting bagi geopolitik China. Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri secara resmi diberhentikan.

Baca: Xi Jinping Pecat Menhan China, Tendang Eks Menlu dari Pemerintahan


Apakah artinya akan ada perubahan kebijakan mendasar mengenai geopolitik dan keamanan China? Apakah akan ada ketegangan dengan Taiwan?

Yang menjadi pertanyaan terpenting bagi Indonesia, bagaimana pengaruh penurunan ekonomi China terhadap ekonomi Indonesia, mengingat pemerintahan Jokowi selama ini sangat menggantungkan diri pada China?

China mengatakan, Indonesia akan menjadi ujung tombak proyek OBOR. Apa artinya?

Sepertinya China tidak bisa melanjutkan proyek OBOR di kebanyakan negara yang sekarang mengalami kesulitan ekonomi, dan tidak bisa membayar utangnya kepada China. Meskipun gagal bayar tersebut sebenarnya dipicu oleh proyek itu sendiri yang tidak bermanfaat bagi negara bersangkutan.

Oleh karena itu, China harus tetap ekspansi investasi ke luar negeri, melalui OBOR, dengan memberi utang pembiayaan proyek OBOR, untuk kompensasi penurunan ekonomi domestik.

Indonesia satu-satunya negara yang masih layak diberi utang untuk program OBOR. Karena Indonesia sangat kooperatif, sampai berani memberi jaminan utang dari APBN. Sehingga, kalau terjadi gagal bayar, China tidak perlu lagi ambil alih assets yang akan terus rugi dan menjadi beban keuangan. Misalnya seperti kereta cepat Jakarta Bandung. Untuk apa ambil alih proyek ini, yang nantinya akan menjadi beban berkepanjangan.

Ekonomi Indonesia saat ini juga sedang menghadapi masalah. Transaksi Berjalan mulai defisit lagi. Dana asing keluar, cadangan devisa turun, kurs rupiah anjlok. Indonesia akan masuk rezim suku bunga tinggi untuk jangka waktu relatif lama. Bank Indonesia menyebutnya ‘Higher for Longer’.

Kenaikan harga pangan dan BBM juga sangat serius, daya beli melemah. Kemiskinan bisa meningkat.

Ditambah dengan kondisi politik yang rawan konflik karena potensi krisis konstitusi, akibat mengabaikan moral, etika dan hukum, semoga Indonesia bisa bertahan.

Penulis adalah Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya