DALAM panorama keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama yang mengagumkan, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan. Di tengah dinamika global dan berbagai pergolakan internal, keberadaan Pancasila dan moderasi beragama menjadi dua pilar penting yang mendukung fondasi bangsa ini. Pancasila, sebagai ideologi negara, dan moderasi beragama, sebagai prinsip untuk memelihara kerukunan antaragama, berperan penting dalam membangun Indonesia yang maju.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, terdiri dari lima sila yang mengandung nilai-nilai fundamental yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima sila yang mengandung komitmen ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan menandakan komitmen untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Melalui Kesaktian Pancasila -- yang diperingati setiap 1 Oktober -- bangsa Indonesia diberikan landasan filosofis yang inklusif, memungkinkan berbagai agama dan keyakinan untuk hidup berdampingan dengan damai. Ini membentuk fondasi kuat bagi toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan.
Di sisi lain, moderasi beragama adalah pendekatan bijak terhadap agama. Ini mengajak umat beragama untuk memahami ajaran agamanya dengan konteks dan pemahaman yang moderat.
Moderasi beragama bukanlah sekadar penerimaan tanpa kritis terhadap keyakinan, tetapi sebuah panggilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, membawa pesan-pesan universal tentang cinta, perdamaian, kerukunan, dan keadilan ke dalam praktik nyata.
Mengacu IndikatorDalam konteks relasi Pancasila dan moderasi beragama, Presiden Joko Widodo bahkan telah menunjukkan komitmen seriusnya dengan meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. Komitmen penguatan tersebut diharapkan dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang harmonis, rukun, dan damai sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk mencapai cita-cita mulia tersebut, setidaknya ada empat indikator utama untuk mengukur keberhasilan moderasi beragama. Pertama, komitmen kebangsaan, untuk menegaskan kewajiban setiap warga negara untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam konteks beragama, hal ini berarti menghormati dan memahami hak orang lain untuk memilih dan mengamalkan agama masing-masing tanpa adanya tekanan atau diskriminasi.
Toleransi, sebagai indikator kedua, adalah kunci dalam membangun harmoni di masyarakat. Masyarakat yang toleran mampu menerima perbedaan dan menghormati hak orang lain untuk beragama sesuai dengan keyakinan mereka. Ini mencakup sikap terbuka terhadap diskusi dan dialog antaragama yang mempromosikan saling pengertian dan penghormatan.
Indikator ketiga adalah anti kekerasan. Moderasi beragama menolak segala bentuk tindakan kekerasan atau ekstremisme dalam konteks keagamaan. Kebebasan beragama sejatinya tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk melakukan tindakan yang merugikan atau membahayakan orang lain.
Keempat, penerimaan terhadap tradisi adalah aspek lain yang penting dalam moderasi beragama. Ini mencakup pengakuan terhadap tradisi-tradisi keagamaan yang menjadi bagian integral dari identitas suatu masyarakat. Dengan memahami dan menghormati tradisi ini, masyarakat dapat membangun hubungan persatuan yang kuat dan harmonis di tengah perbedaan.
Memahami EsensiSelain empat indikator tersebut, moderasi beragama bukan hanya tentang memahami agama, tetapi juga memiliki tujuh esensi atau inti, yaitu (1) menjaga keselamatan jiwa. Esensi demikian ini berarti melindungi kehidupan manusia dari ancaman atau bahaya yang dapat timbul dari ekstremisme atau tindakan keagamaan yang merugikan.
Esensi selanjutnya adalah (2) menjunjung tinggi keadaban mulia. Ini mengacu pada upaya untuk mempromosikan nilai-nilai kebajikan dan etika dalam beragama. Moderasi Beragama juga menekankan bahwa agama seharusnya menjadi sumber inspirasi untuk berbuat baik, mengasihi sesama, dan memajukan kemanusiaan.
Karena itu, moderasi beragama memiliki esensi yaitu (3) menghormati harkat martabat kemanusiaan, yakni mengakui nilai-nilai dasar yang melekat pada setiap manusia, termasuk hak untuk hidup dengan martabat, kebebasan beragama, dan perlakuan adil.
Inti dari moderasi beragama juga untuk (4) memperkuat nilai moderasi dalam beragama. Ini berarti menghindari ekstremisme dan fanatisme yang dapat mengarah pada konflik atau kekerasan. Moderasi beragama kemudian mengajarkan bahwa esensi keagamaan juga seharusnya menjadi sumber inspirasi untuk (5) mewujudkan kedamaian dan persatuan, bukan alat untuk memecah belah.
Yang tidak boleh terlewatkan bahwa esensi-esensi moderasi beragama adalah (6) menaati komitmen berbangsa sekaligus (7) menghargai kemajemukan, dengan menjaga kebebasan akal, kebebasan berekspresi, dan kebebasan beragama. Hal ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan, perkembangan, peradaban manusia, di mana setiap orang dapat hidup dengan damai, sejahtera dan bahagia.
Pemersatu untuk Maju
Integrasi Pancasila dan moderasi beragama dapat membawa dampak positif yang besar bagi kemajuan Indonesia. Pertama-tama, hal ini akan memperkuat rasa persatuan di tengah masyarakat yang beragam. Dengan mengakui nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam Pancasila, setiap individu, terlepas dari latar belakang etnis, suku, budaya, atau agama, dapat merasa memiliki bagian penting dalam konstruksi bangsa ini. Ini menciptakan fondasi kuat untuk kerja sama, solidaritas, dan saling pengertian di antara seluruh warga Indonesia.
Selanjutnya, pendekatan moderasi beragama akan membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis. Dengan mengajak umat beragama untuk memahami ajaran agama mereka dengan bijak, kita meminimalkan risiko konflik dan kesalahpahaman yang seringkali muncul dari interpretasi yang ekstrem. Ini juga membuka pintu untuk dialog antaragama yang lebih konstruktif, mempromosikan saling pengertian dan penghormatan.
Tidak hanya itu, integrasi ini juga membawa implikasi positif dalam hal stabilitas dan perdamaian. Dengan menolak kekerasan atau ekstremisme dalam konteks keagamaan, masyarakat akan lebih cenderung memilih jalur damai dalam menyelesaikan perbedaan atau perselisihan. Ini memperkuat fondasi negara hukum dan mengurangi potensi potensi konflik internal yang dapat menghambat kemajuan.
Lebih dari itu, penerimaan terhadap tradisi juga memainkan peran penting dalam membangun identitas nasional yang kuat. Dengan mengakui dan menghormati tradisi-tradisi keagamaan, kita memupuk rasa kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
Dengan menghargai esensi moderasi beragama, Indonesia juga mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan persatuan. Ini tidak hanya menjadi landasan moral, tetapi juga memberikan arah positif bagi kebijakan dan tindakan pemerintah dalam mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam konteks global, integrasi Pancasila dan moderasi beragama menjadikan Indonesia sebagai contoh yang menginspirasi bagi negara-negara lain yang juga dihadapkan pada tantangan keberagaman. Keberhasilan Indonesia dalam mempertahankan persatuan dan memajukan kesejahteraan bersama dapat menjadi model bagi negara-negara lain yang berusaha mencapai stabilitas dan kemajuan di tengah kompleksitas keberagaman mereka sendiri.
Sebagai pemersatu untuk Indonesia maju, Pancasila dan moderasi beragama bukan hanya sekadar konsep, tetapi juga merupakan komitmen nyata untuk membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera. Melalui integrasi nilai-nilai ini, Indonesia bergerak maju menuju masa depan yang lebih cerah dan bermakna untuk seluruh masyarakatnya.
Penulis adalah Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama RI