Berita

Ilustrasi Uni Afrika/Net

Dunia

Uni Afrika Beri Ultimatum 15 Hari untuk Kembalikan Pemerintahan Demokratis di Niger

SENIN, 31 JULI 2023 | 01:42 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika telah mengeluarkan ultimatum kepada junta militer di Niger untuk mengembalikan pemerintahan negara yang dipilih secara demokratis.

Ultimatum tersebut berlaku selama 15 hari sejak kudeta yang menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum beberapa hari lalu.

Penangguhan konstitusi dan penahanan pemimpin terpilih ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas dan masa depan demokrasi di benua tersebut.

Jenderal Mohamed Toumba, salah satu tokoh di balik kudeta, mengonfirmasi bahwa junta telah bertemu dengan pegawai negeri pada Jumat untuk meminta mereka melanjutkan pekerjaannya kembali seperti biasa setelah penangguhan konstitusi.

"Kami telah menyampaikan pesan untuk tidak menghentikan proses negara yang sedang berjalan, teruslah berjalan,” kata Brigjen Jenderal Toumba, sambil menegaskan bahwa mereka akan melakukan bagiannya yang diperlukan untuk tetap berkuasa.

Namun, reaksi internasional terhadap kudeta ini sangat keras. Uni Afrika mengecam kebangkitan yang mengkhawatirkan dari upaya kudeta tersebut, yang akan merusak demokrasi dan stabilitas di benua itu.

"Tentara diminta untuk segera kembali dan tanpa syarat ke barak mereka dan memulihkan otoritas konstitusional, dalam waktu maksimal lima belas (15) hari," bunyi seruan tersebut, seperti dimuat Assosiated Press, Minggu (30/7).

Selain itu, Uni Afrika juga menuntut pembebasan Presiden Bazoum tanpa syarat dalam waktu segera, dengan mengeluarkan ancaman sanksi terhadap para pelaku kudeta sebagai langkah penegasan.

Reaksi dari komunitas internasional juga tidak kalah tegas. Amerika Serikat turut mengancam akan mencabut dukungan ekonominya kepada Niger, sementara Uni Eropa telah mengumumkan penangguhan bantuan keuangan dan keamanan dengan durasi tanpa batas.

Kudeta yang berhasil dilakukan di Niger ini berpotensi menyulitkan jutaan rakyat negara tersebut yang telah hidup dalam kondisi miskin dan kelaparan, serta akan mempengaruhi hubungan internasional dengan wilayah tersebut.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Sehari Usai Pencoblosan, Pj Gubernur DKI Lantik Walikota Jakpus

Kamis, 28 November 2024 | 22:00

Timses Zahir-Aslam Kena OTT Dugaan ‘Money Politik’ di Pilkada Batubara

Kamis, 28 November 2024 | 21:51

Polri Perkuat Kerja Sama Bareng Dukcapil Kemendagri

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

KPK Tahan 3 Ketua Pokja Paket Pekerjaan Perkeretaapian DJKA

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

Firli Bahuri Tak Hadiri Pemeriksaan Polisi karena Ada Pengajian

Kamis, 28 November 2024 | 21:25

Ini Kebijakan Baru Mendikdasmen Untuk Mudahkan Guru

Kamis, 28 November 2024 | 21:22

Rupiah Terangkat Pilkada, Dolar AS Masih di Rp15.800

Kamis, 28 November 2024 | 21:13

Prabowo Menangis di Depan Ribuan Guru Indonesia

Kamis, 28 November 2024 | 21:11

Pengamat: RK-Suswono Kalah karena Meremehkan Pramono-Doel

Kamis, 28 November 2024 | 21:04

Perbaiki Tata Ekosistem Logistik Nasional, Mendag Budi Sosialisasi Aturan Baru

Kamis, 28 November 2024 | 21:02

Selengkapnya