Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia/Net
Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang secara terbuka bersedia menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar bila dilaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) memantik perpecahan di internal kader beringin.
Analis politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga mengatakan, keinginan Bahlil dan Luhut menjadi caketum Golkar mengejutkan masyarakat, lantaran hingga saat ini rencana Munaslub Golkar belum ada pernyataan resmi.
Menurutnya, keinginan LBP dan Bahlil patut dipertanyakan. Pasalnya, pergantian Ketum Partai Golkar baru akan dilakukan pada 2024 mendatang.
“Jadi, keinginan menjadi Ketua Umum Golkar melalui Munaslub tentu layak dipertanyakan motivasinya. Apakah semata ingin menyelamatkan Golkar atau untuk menyelamatkan diri pasca-2024,” kata Jamiluddin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (24/7).
Jamiluddin menambahkan, keinginan LBP dan Bahlil menjadi caketum Partai Golkar dan munculnya desakan Munaslub menjadi pertanda adanya kepentingan besar di balik dua isu tersebut.
“Karena itu, mendesak Munaslub untuk menggantikan Airlangga Hartarto tentu ada agenda politik tersembunyi,” ucapnya.
Sebab, kata Jamiluddin, memaksakan Munaslub pada 2023 tentu tidak menguntungkan bagi Partai Golkar menjelang Pemilu 2024.
“Golkar tidak akan sempat melakukan konsolidasi bila Ketua Umumnya harus diganti pada tahun politik ini,” ujarnya.
“Hal itu bisa jadi akan semakin menurunkan elektabilitas Golkar. Tentu ini berbahaya bagi Golkar, terutama dalam menambah kursi di DPR RI,” demikian Jamiluddin.