Berita

Pemerhati sejarah, Arief Gunawan/Net

Publika

25 Tahun Reformasi, “Sekarang Seperti Handphone Error

SELASA, 09 MEI 2023 | 20:26 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

KENAPA Budi Utomo, organisasi terpelajar Jawa, yang didirikan 20 Mei 1908, hanya bertahan 10 tahun, dan vakum 17 tahun ?

Sejarawan Akira Nagazumi di buku “Bangkitnya Nasionalisme Indonesia,  Budi Utomo 1908-1918”, menjelaskan:

Sebabnya karena kaum intelek yang jadi penggerak organisasi ini melakukan evaluasi dan otokritik terhadap gerakan.

Mereka tidak ingin Budi Utomo terjebak dalam etno-nasionalisme sempit, yang bersifat kesukuan.

Setelah vakum sejak 1918 Budi Utomo akhirnya melebur jadi partai politik, yaitu Parindra (Partai Indonesia Raya) pada 1935. Dengan memperluas azas perjuangan ikut melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia.

Parindra merupakan hasil fusi organisasi kedaerahan, yang terdiri dari Budi Utomo, Paguyuban Pasundan, Serikat Betawi, Serikat Ambon, Serikat Minahasa, Sumateranen Bond, dan lainnya.

Misinya memberikan pencerdasan politik, ekonomi, dan sosial kepada rakyat, sebagai bekal untuk menjalankan pemerintahan sendiri.

Bagaimana dengan gerakan reformasi Mei 1998 yang bulan ini dalam momentum 25 tahun?

Tokoh nasional Dr Rizal Ramli melalui akun twitter-nya, Senin, 8 Mei kemarin, mempertanyakan apa sesungguhnya manfaat yang telah dicapai dari gerakan reformasi 1998.

Tokoh gerakan mahasiswa 1978 ini esensinya menekankan bahwa ternyata masih sangat banyak persoalan yang harus diperbaiki berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi dan tatakelola negeri ini pasca reformasi.

Ia menyebut antara lain persoalan  hukum dan kesejahteraan rakyat yang masih jauh dari amanat konstitusi.

Di sisi lain ada banyak persoalan yang dilakukan oleh rezim saat ini justru menjadi beban bagi rakyat.
Seperti proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang mengorbankan APBN, proyek spekulasi IKN, hingga masalah ladang gas Blok Masela yang seharusnya mampu mendatangkan kesejahteraan untuk masyarakat di wilayah timur Indonesia.

Di akun twitter-nya Rizal Ramli juga mengutip pernyataan teolog dan penulis ternama Amerika Serikat, James Freeman Clarke, tentang perbedaan cara pandang antara politisi dengan negarawan terhadap bangsanya:

A politician thinks of the next election, a statesman thinks of the next generation. Seorang politisi berpikir tentang pemilu berikutnya, (tetapi) seorang negarawan memikirkan generasi berikutnya.

“Lupakan copras-capres. Fokuslah pada perbaikan seleksi kepemimpinan yang benar-benar kompetitif. Ibaratnya, kalau handphone error melulu, pilihannya hanya total reset.” tandas Rizal Ramli.

Di dalam tulisannya berjudul “Indonesia Has Lost Its Way on Corruption and Freedom” yang dimuat di media massa internasional, Asia Nikkei, Jumat, 5 Mei lalu, Rizal Ramli juga menjelaskan bahwa saat ini upaya untuk mengubah bangsa ini menjalani demokrasi secara modern telah gagal dan sudah kehilangan arah dalam pemberantasan korupsi serta tidak adanya penghargaan terhadap kebebasan yang dijamin oleh konstitusi.

Di tulisan reflektif dan bernuansa otokritik terhadap reformasi 1998 itu Rizal Ramli secara garis besar, antara lain, menekankan:

“Kini, 25 tahun setelah jatuhnya Soeharto, rakyat Indonesia berada di saat-saat terburuk. Joko Widodo, kabinetnya dan DPR telah bersama-sama memberikan pukulan yang menghancurkan bagi demokrasi negara, secara metodis merusak institusi dan normanya, hingga Indonesia saat ini lebih mirip negara semi-otoriter daripada negara demokrasi.” tulisnya.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya