Berita

Refly Harun/Ist

Politik

Gagal Tambah Masa Jabatan, Jokowi dan Penyokong Ingin Ganjar Presiden 2024

Refly Harun: Teuku Umar No Choice...

SENIN, 24 APRIL 2023 | 13:36 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Istana dan penyokong diyakini inginkan Ganjar Pranowo presiden penerus Joko Widodo. Apalagi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, tak punya pilihan lain selain mengusung Ganjar, dan Jokowi gagal mewujudkan wacana tunda Pemilu dan perpanjangan masa jabatan.

Demikian analisa pakar Hukum Tata Negara (HTN), Refly Harun, dalam video yang diunggah di kanal YouTube Refly Harun berjudul 'Pengamat: Jkw Menghina Prabowo dan Gerindra! Apa Soal?!", Minggu malam (23/4).

"Feeling saya mengatakan, Istana ingin Ganjar yang menang, karena Ganjar itu pertemuan dari keinginan Teuku Umar yang sudah tidak punya pilihan lain, no choice," kata Refly, seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Senin (24/4).


Diakui Refly, Megawati ketar-ketir saat mengusung Ganjar sebagai Capres, karena berpotensi mencaplok PDIP dari trah keluarga Bung Karno, selanjutnya bisa jadi 'milik' keluarga Jokowi maupun keluarga Ganjar.

"Tapi itu terpaksa ditepis, karena no alternatif. Di sisi lain, Jokowi gagal mewacanakan tunda Pemilu dan tiga periode masa jabatan presiden. Maka, yang paling masuk akal adalah mengendorse Ganjar Pranowo. Karena, berdasar desas desus, sosok Ganjar yang diinginkan elite-elite Istana plus para penyokong di belakang layar, bukan Prabowo Subianto, apalagi Anies Baswedan," rinci Refly.

Dia menilai, munculnya nama Ganjar sebagai Bacapres PDIP bukan sekadar ijtihad Megawati sendiri, tapi sudah didiskusikan secara alot di belakang layar.

"Gak mungkin tiba-tiba dapat wangsit Ganjar. Apalagi sebelumnya ada upaya PDIP mendelegitimasi Ganjar Pranowo. Seperti pernyataan Masinton Pasaribu, pernyataan Trimedya Panjaitan, dan aktivis PDIP lainnya, Bambang Pacul termasuk, yang sekarang mereka harus menjilat ludahnya sendiri, alis gigit jari, kita tidak tau," kata Refly.

Selain itu, Refly meyakini ada negosiasi di balik pencapresan Ganjar oleh PDIP. Negosiasi itu bisa berbentuk jabatan, janji, termasuk materi.

"Intinya, tidak ada makan siang gratis. Karena yang paling senang adalah Istana, Jokowi. Sementara Megawati pihak yang dipaksa atau terpaksa mencalonkan Ganjar. Karena no choice, artinya dia tau, ibarat barang, Ganjar itu satu-satunya yang diinginkan pedagang pembeli besar. Karena satu-satunya yang diinginkan, tentu ada langkah-langkah politik strategisnya," rinci Refly lagi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya