Berita

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaed bin Mohammed Al-Aiban menandatangan perjanjian kerja sama pada Jumat, 10 Maret 2023 di Beijing/Net

Dunia

Arab-Iran Lanjutkan Hubungan Diplomatik, Pengamat China: Bisa Jadi Contoh Penyelesaian Konflik Palestina-Israel

SENIN, 13 MARET 2023 | 08:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Peran Beijing dalam memediasi kembalinya hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran mendapat banyak tanggapan positif sejumlah pihak.

Dikutip dari Global Times, Minggu (12/3), Arab Saudi dan Iran, dua negara yang selama tujuh tahun memutuskan hubungan, sepakat untuk memperbaiki dan melanjutkan kerja sama saat kedua utusan negara berdialog di Beijing pada Jumat (10/3).

Para ahli menyebut kesepakatan itu sebagai tonggak sejarah dalam membantu meredakan ketegangan dan memulihkan perdamaian di Timur Tengah serta menyuntikkan stabilitas ke lanskap geopolitik yang bergejolak.


Para ahli menunjukkan bahwa ini merupakan salah satu praktik terbaik di bawah Inisiatif Keamanan Global (GSI) yang diusulkan China dan dapat memiliki implikasi luas dan efek demonstratif di kawasan lain yang menghadapi masalah konfrontasi dan konflik yang serupa.

Zhu Weilie, direktur Institut Studi Timur Tengah di Universitas Studi Internasional Shanghai, mengatakan bahwa saat ini upaya untuk mengejar diplomasi independen di kawasan Timur Tengah sedang meningkat.

Ia mengatakan, China melakukan pendekatan diplomatik dengan tanpa mencampuri urusan dalam negeri negara lain.  Ia juga mencatat bahwa alasan penting bagi Arab Saudi dan Iran untuk setuju melanjutkan hubungan adalah karena kedua belah pihak mempercayai China.

"Mereka percaya bahwa apa yang dilakukan China bukan untuk kepentingan egois atau hegemoni, tapi untuk kebaikan stabilitas regional," kata Zu, seperti dikutip dari Global Times.

Para ahli juga menunjukkan bahwa cara China menangani masalah berbeda dengan AS yang cenderung mengobarkan api dan menabur perselisihan demi keuntungan egois.

"Ada pertanyaan yang menggantung dalam proses pemerintahan global, apakah lebih baik membentuk koalisi dan mencari proksi untuk berperang atau mempromosikan pembicaraan damai dan dialog langsung antara kedua belah pihak untuk menemukan solusi yang sesuai dengan kedua belah pihak? China akan tidak mencari proxy," kata Zhu.

Hussein Ibish, seorang sarjana residen senior di Institut Negara Teluk Arab di Washington, mengatakan dalam sebuah wawancara CNN, bahwa kesepakatan baik antara Arab Saudi dan Iran dilakukan di Beijing adalah fakta yang sangat penting bagi China. Ini menjadi kebangkitan China sebagai pemain diplomatik dan strategis di wilayah Teluk.

“Hal ini tampaknya mengakui peran unik China yang mampu menengahi hubungan antara Teheran dan Riyadh, melangkah ke posisi yang sebelumnya diduduki oleh negara-negara Eropa, jika bukan Amerika Serikat, dan ini tidak akan menyenangkan Washington,” kata Ibis.

AS dilaporkan berhati-hati dalam menanggapi perjanjian baru tersebut.

Menurut Zhu, tahun ini beberapa pejabat senior AS telah mengunjungi Timur Tengah untuk mencoba menghasut negara-negara kawasan agar mempertahankan konfrontasi melawan Iran. Pada 7 Maret, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin melakukan kunjungan ke Irak dan mengumumkan bahwa AS ingin mempertahankan pasukannya di negara itu.

Pengamat mencatat bahwa pelaksanaan perjanjian dan apakah negara-negara regional lainnya akan mengikuti jejak mereka untuk meredakan ketegangan dengan Iran tetap menjadi poin penting.

Zhu mencatat bahwa kesepakatan itu menjadi contoh positif untuk masalah hotspot regional lainnya, seperti pelonggaran dan penyelesaian konflik Israel-Palestina. Ia meyakini, di masa depan, China dapat memainkan peran penting dalam membangun jembatan bagi negara-negara untuk menyelesaikan masalah pelik yang sudah berlangsung lama di Timur Tengah seperti yang dilakukannya saat ini.

“China bersedia membantu membangun jembatan, mekanisme dan platform dialog multilateral untuk mengatasi masalah-masalah regional. Jika mereka tidak dapat berbicara dengan baik di rumah, mereka dipersilakan datang ke China untuk melakukan pembicaraan," kata Zhu.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga telah menyambut baik kesepakatan itu dan memuji China, Oman dan Irak, atas perannya mempromosikan pembicaraan tersebut. Negara-negara termasuk Qatar, UEA, Irak, Oman, Lebanon, Bahrain dan banyak lainnya juga menyatakan sentimen positif terhadap keputusan kedua negara untuk melanjutkan hubungan diplomatik.

"Ketulusan China dalam membantu meringankan ketegangan regional dapat dilihat oleh dunia saat ini," kata Zhu.

Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada awal 2016 sebagai tanggapan atas serangan terhadap misi diplomatik Saudi di Iran setelah kerajaan mengeksekusi seorang ulama Syiah. Persaingan geopolitik yang sengit seputar situasi di Yaman, Suriah, Lebanon, dan negara-negara lain telah menyebabkan konfrontasi di Timur Tengah.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya