Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Rusak Rezim Non-Proliferasi Nuklir, Australia Tidak Berhak Kritik Korut

JUMAT, 03 FEBRUARI 2023 | 14:45 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Australia tidak memiliki hak untuk mengkritik Korea Utara yang mengembangkan senjata nuklir untuk mempertahankan diri. Sementara Canberra sendiri sedang berusaha mendapat kapal selam nuklir dari AUKUS, bersama Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Begitu yang dikatakan oleh anggota Asosiasi Korea-Asia, Ri Jong lewat tulisannya yang bertajuk "Australia Has no Qualification to Talk About Nuclear Non-proliferation and Disarmament" dan diunggah di situs aprcprk.org, Rabu (1/2).

Tulisan Ri menyoroti tulisan opini dari Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong berjudul "Aukus won’t undermine Australia’s stance against nuclear weapons" di The Guardian pada 23 Januari 2023.

Dalam tulisannya, Wong menandai 50 tahun ratifikasi non-proliferasi dan pelucutan senjata oleh Australia. Ia mengatakan upaya Australia untuk mendapatkan kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan AUKUS telah disalahartikan.

"Telah dilewatkan fakta penting bahwa kapal selam yang kami usulkan adalah bertenaga nuklir, bukan bersenjata nuklir," tulis Wong.

Alih-alih, Wong mengkritik Korea Utara yang telah melakukan lebih dari 60 rudal balistik sepanjang tahun 2022.

Menanggapi hal itu, Ri mengatakan AUKUS merupakan produk dari perang dingin baru yang merusak proliferasi nuklir. Dalih Australia juga dinilai tidak sejalan dengan kebijakannya yang tengah memperkuat pertahanan dan pembangunan militernya.

"Hal ini membuat Australia menjadi 'contoh bagi dunia' dalam mematahkan rezim non-proliferasi global dan mempercepat pembangunan senjata di kawasan dan seluruh dunia," kata Ri.

Dengan perilaku ini, Ri melanjutkan, Australia tidak memiliki hak untuk mengkritik Korea Utara yang kerap diisolasi oleh Barat, terutama Amerika Serikat (AS).

Pengembangan senjata nuklir Pyongyang sendiri merupakan reaksi atas penempatan persenjataan nuklir yang dilakukan oleh AS di Korea Selatan pada Juli 1957. Dilanjutkan pada 1970-an dengan mengerahkan 1.000 senjata nuklir dan 1.720 senjata nuklir pada 1980-an.

Di samping itu, tindakan permusuhan meliputi provokasi latihan perang antara AS dan Korea Selatan juga menjadi alasan rasional bagi Korea Utara untuk memiliki pertahanan diri.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya