Berita

Tony Rosyid/Net

Publika

Koalisi Istana Pasti akan Pecah

OLEH: TONY ROSYID
MINGGU, 22 JANUARI 2023 | 03:59 WIB

PRESIDEN, siapapun dia, di ujung kekuasaannya akan pasti melemah. Partai dan tokoh yang berada di lingkaran istana akan cari penyelamat masa depannya. Baik untuk karier maupun untuk menghapus jejak dosa mereka. Ini sunnatullah. Sebuah keniscayaan sejarah.

Soeharto, 32 tahun memimpin dengan Orde Baru, akhirnya ditinggalkan oleh orang-orang yang selama ini menjadi pondasi kekuatannya. Bahkan Soeharto "dikhianati" oleh mereka yang pernah dibesarkannya.

Tidak ada orang yang mau ikut tenggelam bersama sang nahkoda. Kecuali loyalis yang sangat sedikit jumlahnya.

Politik itu punya rasionalitasnya sendiri. Partai dan pelaku politik ingin menang, 2024 Jokowi akan berakhir. Parpol-parpol terus berijtihad untuk menjajagi koalisi dan bakal calon yang sekiranya bisa menang di pemilu 2014.

Ada upaya sejumlah pihak, terutama mereka yang pesimis akan mendapatkan kemenangan pada 2024, terus mendorong Jokowi tiga periode, lalu presiden seumur hidup. Minimal, pemilu diundur. Ini kelompok kecil yang pesimis akan mendapatkan kue kekuasaan di 2024.

Maka, satu-satunya jalan agar tetap mendapatkan bagian kue kekuasaan itu, mendorong Jokowi tiga periode, atau pemilu ditunda. Semua argumentasi dibuat, dan semuanya tidak masuk akal. Data survei menunjukkan, 75-80 persen rakyat ingin pemilu dilaksanakan tepat waktu, yaitu pada 2024.

Semua parpol sepakat Pemilu 2024 digelar. Kecuali yang pura-pura tidak sepakat. Ini semata manuver agar tetap dianggap loyal kepada presiden. Muka depan harus tampak seperti anak manis. Wajah belakang punya rasionalitas dan kalkulasinya sendiri. Ini akan terlihat jelang pendaftaran pemilu.

Jelang pendaftaran pilpres, Oktober 2023, semua partai akan membuat keputusan berbasis kebutuhan partainya. Istana tidak lagi bisa kontrol. Keterlibatan istana akan semakin mendorong eskalasi konflik di tubuh partai.

Adu kuat terjadi. Ketegangan internal partai, maupun partai dengan pihak eksternal, dalam hal ini dengan istana,  akan semakin tinggi. Pecat memecat pengurus, bahkan mengganti ketua umum partai biasanya juga terjadi.

Saat itu, peta berubah. Peran istana melemah, bahkan cenderung ditinggalkan. Setelah itu, istana akan dengan "terpaksa" berpihak kepada koalisi yang calonnya paling potensial menang. Tidak akan ngotot, karena akan menjadi kegelapan bagi masa depannya.

Jika Oktober nanti PDIP calonkan Puan Maharani, istana akan kehilangan arah. Ganjar Pranowo yang saat ini didukung istana, tidak akan punya power tanpa dukungan PDIP. Kemana istana akan memeberikan dukungan? Apakah ke Prabowo?

Saat ini, partai yang bersedia koalisi untuk mendukung Prabowo hanya PKB. Itupun dengan syarat: Muhaiman Iskandar (Cak Imin) jadi cawapresnya. Prabowo tidak mungkin mau terima Cak Imin jadi cawapres. Akan melemah, kata survei yang dipercayai Gerindra. Bagi PKB, buat apa koalisi dengan calon yang lemah (Prabowo) jika tidak dapat coattail effect sebagai cawapres.

Kondisi objektif kedua partai, yaitu Gerindra dan PKB hampir tidak memungkinkan untuk berkoalisi. Kondisi objektif sulit menyatukan kepentingan dua partai ini. Hengkang dari Prabowo, PKB akan merapat ke koalisi yang memungkinkan untuk menang.

Ini satu alasan bagi PKB untuk keluar dari koalisi yang selama ini diskemakan oleh istana. Kondisi politik kedepan yang semakin dinamis, akan menyiapkan seribu alasan rasional bagi partai-partai politik untuk keluar dari intervensi istana.

Bubarnya koalisi istana kemungkinannya akan diawali oleh PDIP, partai yang punya kekuatan untuk berseberangan dengan istana. Beda jalur pilihan politik PDIP dengan istana akan menjadi titik awal koalisi istana bubar. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) kemungkinan bubar.

Masing-masing partai anggota KIB akan bergabung atau merajut koalisi baru. Begitu juga koalisi perubahan, bisa makin besar dengan tambahan partai-partai baru, bisa juga berubah keanggotaan koalisinya.

Peluang Ganjar dan Prabowo nyapres sepertinya tipis. Ganjar terganjal oleh PDIP. Saat ini, Ganjar dikesankan sebagai oposisi Megawati atau Puan Maharani. Publik tahu, Megawati, dan ketum partai secara umum, paling marah ketika ada oposisi di partainya.

Prabowo terganjal oleh beban elektabilitas yang semakin merosot. Elektabilitas Prabowo konsisten turun. Dan ini sesuai prediksi para analis politik. Banyak faktor yang menjelaskan hal ini. Maka, tak terlihat ada partai yang tertarik merapat ke Gerindra, kecuali PKB dengan syarat jadi cawapres.

Sementara Anies, akan sangat bergantung kepada kemampuan Nasdem merajut koalisi dengan berbagai parpol. Jika Demokrat mengunci dengan "cawapres AHY", apakah Nasdem akan memasangkan Anies-Cak Imin (Nasdem-PKB), Anies-Airlangga (Nasdem-Golkar), atau Anies dengan yang lain?

PKS, PPP, dan PAN akan lebih diuntungkan secara elektoral jika mendukung Anies. Ini bisa menjadi alternatif bagi Nasdem untuk colonkan Anies dengan tokoh yang lain. Hanya soal dealnya apa. Cocok, koalisi bisa terbentuk.

Pecahnya koalisi istana akan membuka ruang yang semakin lebar bagi Nasdem untuk memasangkan Anies, dengan ketum partai-partai yang cukup untuk memenuhi syarat presidential threshold.

Penulis adalah pengamat politik dan pemerhati bangsa

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Kerukunan Umat Beragama Jadi Kekayaan Besar Bangsa dan Negara Indonesia

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:29

Membongkar Label ''Proto-Teroris''

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:24

Australia Larang DeepSeek: Manuver Geopolitik atau Ancaman Keamanan?

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:19

Perang Dagang Picu Kekhawatiran, Harga Emas Dunia Terdongkrak Lagi

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:14

Pertimbangkan WFA Jelang Lebaran, Begini Penjelasan AHY

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:56

Perang Dagang AS-Tiongkok Memanas, Harga Minyak Anjlok

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:55

Jasa Raharja Beri Santunan ke Korban Kecelakaan Maut di Gerbang Tol Ciawi

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:38

Usai Panen Raya, Bansos Beras Kembali Disalurkan

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:31

Parah! Peserta Pesta Gay di Jaksel Sudah Ada yang Berkeluarga

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:21

Didepak Newcastle di Piala Liga Inggris, Arsenal Lanjutkan Puasa Gelar 32 Tahun

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:15

Selengkapnya