Ilustrasi teknologi Promession atau pembekuan mayat di Swedia/Net
Di tengah tingginya jumlah kematian akibat virus Covid-19, China ramai diisukan telah menggunakan teknologi ice burial atau pembekuan mayat untuk efisiensi penguburan.
Video yang memperlihatkan China menggunakan teknologi ice burial tersebar di Twitter. Banyak pengguna menyebut teknologi tersebut telah digunakan China sejak Maret 2022.
Tetapi, salah satu akun lainnya bernama, Inconvenient Truths, yang dikelola oleh Jennifer Zeng mengklaim video tersebut sebenarnya dibuat pada September 2020.
"Mungkin ini sudah dimulai pada putaran pertama wabah," cuit Zeng, seperti dimuat
ANI News pada Jumat (20/1).
Zeng menjelaskan bagaimana
ice burial telah dijalankan di Kota Wuhan sebagai uji coba. Menurut paparanya, Mayat dapat langsung dibekukan dalam nitrogen cair pada suhu minus 196 derajat, dan kemudian berubah menjadi bentuk bubuk.
Dirinya menilai
ice burial jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan kremasi yang kerap dilakukan oleh warga China.
Lonjakan kasus Covid-19 di China terjadi setelah otoritas mencabut kebijakan Zero Covid.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah orang yang dirawat di rumah sakit China akibat Covid-19 naik 70 persen menjadi 63.307 dibandingkan minggu sebelumnya.
Pekan lalu, China melaporkan telah ada hampir 60.000 kematian tambahan di rumah sakit terkait Covid-19.
Selain China, beberapa perusahaan di Eropa, seperti Swedia dan Irlandia, tengah mengembangkan
ice burial.
Misalnya perusahaan Promessa Organic dari Swedia yang dipimpin oleh ahli biologi Susanne Wiigh-Masak, telah mengembangkan teknologi bernama Promession.
Promession merupakan sebuah metode di mana tubuh manusia diubah menjadi bubuk, dikeringkan dan akhirnya diubah menjadi bahan organik yang diubah menjadi tanah dalam waktu satu tahun.
Sementara itu, perusahaan Irlandia EcoLegacy menawarkan layanan pemakaman serupa dengan nama EcoLation.