Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo membagikan bantuan sosial di Pasar Harjamukti, Cirebon beberapa waktu lalu/Net
Ekonomi Indonesia relatif resiliensi pada tahun depan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi nasional 4,5 sampai 5,0 persen dikarenakan adanya konsumsi rumah tangga yang kini masih cukup kuat.
"Sumber utama pendorong pertumbuhan berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi yang diperkirakan masih cukup kuat,†ucap Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal kepada wartawan, Jumat (30/12).
Konsumsi rumah tangga tahun depan diprediksi mampu melampaui level pra-pandemi. Prediksi itu didasarkan pada sejumlah faktor seperti relatif terkendalinya pandemi, tingkat inflasi lebih rendah, dan dorongan belanja politik jelang Pemilu 2024.
"CORE Indonesia memprediksi inflasi tahun depan berkisar antara 2-3 persen, di bawah inflasi tahun ini yang diperkirakan mencapai 5-6 persen," tambahnya.
Namun demikian, CORE memberi catatan untuk pemerintah agar lebih memperhatikan kebijakan bansos, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Prakerja.
CORE melihat ada potensi penyaluran bansos dan subsidi pada 2023 mengulangi masalah yang terjadi pada tahun ini. Ditambah Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) masih belum optimal dengan ditemukannya data ganda dan data belum diperbaharui.
"Di tengah kondisi perekonomian ke depannya yang diprediksi akan bergejolak, diharapkan berbagai program ini dapat menjadi bantalan untuk banyak pihak yang terkena dampak dari ketidakstabilan perekonomian pada tahun 2023," tutupnya.