Berita

Presiden Rusia Vladimir Putin/Net

Dunia

Putin: Rusia Tidak Pernah Lupa pada Kudeta Berdarah 2014, Itu adalah Akar dari Perang Hari Ini

SELASA, 21 JUNI 2022 | 07:03 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Permusuhan bersenjata selalu merupakan tragedi, tetapi operasi militer khusus di Ukraina merupakan tindakan yang 'terpaksa dilakukan'.

"Kami hanya didorong ke arah garis itu," kata Presiden Vladimir Putin di pertemuan Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg.

Pemimpin Rusia itu menjawab banyak pertanyaan yang ditujukan kepadanya di forum  yang berlangsung pada Jumat pekan lalu itu tentang operasi militernya di Ukraina, sanksi Barat, serta Donbass.


Banyak hal menarik yang bisa disimak dari jawaban-jawaban Putin. Media pemerintah TASS merangkumnya dan melaporkannya pada Senin (20/6).

Rusia tidak akan pernah melupakan kudeta negara berdarah di Ukraina pada tahun 2014 karena itu adalah akar dari masalah hari ini, kata Putin, merujuk pada keputusannya untuk meluncurkan operasi militer 24 Februari lalu.

Bagi Putin, menyerbu benteng Ukraina di dekat Donetsk yang dibuat delapan tahun lalu tidak bijaksana.

"Karena ini akan menyebabkan korban besar," katanya. Maka, 'pekerjaan sistemik' sedang dirancang untuk mengamankan benteng-benteng tersebut.

"Kami berbicara tentang melakukan operasi militer khusus dan bahkan dalam operasi militer khusus ini, kami tidak boleh mengubah kota-kota dan daerah berpenduduk yang kami bebaskan menjadi sesuatu seperti Stalingrad," katanya.

Stalingrad adalah pertempuran besar di Front Timur yang terjadi pada 1942–1943 antara Nazi Jerman dan Uni Soviet, dan menjadi pertempuran terpenting dalam Perang Dunia II. Nazi Jerman dan sekutunya tidak berhasil melawan Uni Soviet untuk menguasai kota Stalingrad (yang kemudian berganti nama menjadi Volgograd) di Rusia Selatan. Pertempuran itu ditandai dengan pertempuran jarak dekat yang sengit dan serangan langsung terhadap warga sipil dalam serangan udara.

Rusia memiliki hak untuk mengakui Republik Donbass di bawah Piagam PBB, karena di bawah Piagam PBB, ketika sebuah negara mendeklarasikan kemerdekaan, tidak perlu meminta izin dari pemerintah pusat.

"Itu berarti Republik Donbas tidak perlu meminta izin dari Kiev,"  ujar Putin, menambahkan bahwa masa depan Donbas tergantung pada pilihan penduduknya.

Putin juga memaparkan bagaimana sanksi Barat mencoba untuk meruntuhkan negaranya. Menurutnya, politisi Eropa telah memberikan pukulan telak terhadap ekonomi mereka dengan tangan mereka sendiri. Sanksi Barat memiliki efek negatif yang serius pada situasi global, terutama di pasar makanan.

"Cukup jelas bahwa serangan kilat terhadap ekonomi kami telah gagal," katanya.

Rusia akan belajar memproduksi barang-barang yang sekarang menghilang dari pasar akibat sanksi Barat. Ini adalah trik licik Barat. Menurutnya, Barat akan terus menjual barang-barang mereka tanpa pernah membagi ilmu dan teknologinya.

Namun begitu, ia yakin, Pasar Eropa akan selalu kembali kepada Rusia. Ketika itu terjadi, Rusia masih akan tetap membuka tangannya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya