Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Jerman: Hukuman Mati Pengadilan Donetsk terhadap Pejuang Asing di Ukraina adalah Kabar Mengejutkan

SABTU, 11 JUNI 2022 | 13:45 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Jerman pada Jumat mengecam hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan Republik Rakyat Donetsk (DPR) kepada dua tentara Inggrsi dan satu tentara Maroko, di tengah krisis Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Jerman dalam pernyataannya di Twitter, mengungkapkan keterkejutannya atas vonis tersebut, mengataka bahwa vonis itu menunjukkan sekali lagi bagaimana Rusia mengabaikan hukum humaniter internasional, dan ini tidak bisa diterima.

Jerman juga mengingatkan bahwa para pejuang berhak atas perlindungan di bawah Konvensi Jenewa


Kabar vonis mati ini sontak mengejutkan dan membuat negara-negara Barat sontak mengecam DPR dan Rusia.

Pada Kamis (9/6) Mahkamah Agung Republik Rakyat Donetsk (DPR) memvonis mati dua tentara Inggris Aiden Aslin dan Pinner. Keduanya ditangkap oleh pasukan pemberontak pro-Rusia dan akan menghadapi regu tembak setelah pengadilan membuktikan bersalah atas dua kejahatan perang.

Bersama dua tentara Inggris itu, ada satu tentara Maroko yang juga menghadapi vonis yang sama. Ia adalah Saadoun Brahim yang didakwa berpartisipasi dalam permusuhan di pihak angkatan bersenjata Ukraina dalam kapasitas tentara bayaran.

Kejaksaan Agung DPR sebelumnya mengatakan bahwa kesaksian para terdakwa menegaskan keterlibatan mereka dalam kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 bagian 2 (kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok orang), pasal 323 (perampasan kekuasaan secara paksa atau perampasan kekuasaan secara paksa) dan pasal 430 (tentaraan) KUHP DPR. PGO juga menekankan bahwa tentara bayaran mungkin menghadapi hukuman mati.

Aiden Aslin dan Pinner kemudian mengajukan banding.
Vonis tersebut memicu kemarahan di Inggris dan negara-negara sekutu.
Perdana Menteri Boris Johnson mengaku 'terkejut' dengan hukuman mati pejuangnya di Ukraina. Menteri Luar Negeri Liz Truss berbicara melalui telepon dengan timpalannya dari Ukraina Dmytro Kuleba, dan mencuit bahwa hukuman tersebut merupakan "pelanggaran berat terhadap konvensi Jenewa".

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya