Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus /Net
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan strategi Zero-Covid China untuk mengalahkan pandemi disana bersifat tidak berkelanjutan dan perlu diganti.
Pernyataan itu datang setelah beberapa tindakan keras yang menjebak sebagian besar dari 25 juta orang Shanghai di rumah selama berminggu-minggu akibat kebijakan Covid-19 tersebut.
Kini
lockdown Shanghai justru makin meningkat, yang pada akhirnya menyebabkan kemarahan dan protes yang jarang terjadi disana.
"Ketika kami berbicara tentang strategi nol-Covid, kami tidak berpikir itu berkelanjutan, mengingat perilaku virus sekarang dan apa yang kami antisipasi di masa depan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus Kepala WHO dalam konferensi pers, dikutip oleh
AFP, Selasa (10/5).
"Kami telah membahas masalah ini dengan para ahli China dan kami mengindikasikan bahwa pendekatannya tidak akan berkelanjutan dan mempertimbangkan perilaku virus, saya pikir perubahan akan sangat penting," pungkasnya.
Di sisi WHO, ada yang lebih frontal daripada Tedros. Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan menyatakan sudah waktunya bagi China untuk menekan tombol
reset.
Ia mengatakan tindakan apa pun untuk memerangi pandemi Covid-19 harus menunjukkan "penghormatan terhadap individu dan hak asasi manusia".
"Kita perlu menyeimbangkan langkah-langkah pengendalian terhadap dampak pada masyarakat, dampaknya terhadap ekonomi, dan itu tidak selalu merupakan kalibrasi yang mudah," katanya.
Maria Van Kerkhove,
technical lead WHO untuk Covid-19, mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menghentikan semua penularan virus di seluruh dunia, dan tentunya di China.
"Tujuan kami, di tingkat global, bukan untuk menemukan semua kasus dan menghentikan semua penularan. Itu benar-benar tidak mungkin saat ini," katanya.
"Tetapi yang perlu kita lakukan adalah menurunkan transmisi karena virus beredar pada tingkat yang begitu intens," demikian Maria.