Berita

Ilustrasi /Net

Dunia

IFJ: 2022 Adalah Tahun yang Suram Bagi Jurnalisme di Afghanistan

SELASA, 03 MEI 2022 | 15:52 WIB | LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO

Sejak Afghanistan dikuasai oleh Taliban pada Agustus 2021, nasib para wartawan, baik itu wartawan lokal maupun wartawan asing, terlihat makin suram.

“Ini merupakan tahun yang suram bagi jurnalisme di Afghanistan,” tulis pembukaan laporan tahunan International Federation of Journalists (IFJ) dalam reportase investigasinya di Afghanistan pada edisi 2022 ini.

Pada laporan yang dirilis pada Selasa (3/5) itu, IFJ menyatakan dalam tujuh bulan terakhir ini, wartawan Afghanistan kini menghadapi bahaya serius seperti pelecehan, ancaman, pemukulan, dan penahanan dari pihak berkuasa.


Hal itu terjadi meskipun jumlah pembunuhan dan serangan bersenjata yang ditargetkan terhadap wartawan turun setelah Taliban mengambil alih Kabul pada Agustus 2021.

Wartawan yang tidak mematuhi pedoman media pemerintah Taliban adalah mereka yang paling berisiko.

Menurut pemantauan afiliasi IFJ, terjadi 57 penangkapan pekerja media pada tahun 2022, dengan penahanan mulai dari 20 menit hingga berbulan-bulan.

Ini adalah penurunan ekstrim bagi keamanan para jurnalis, dimana pada tahun 2021 hanya empat penangkapan yang dicatat oleh IFJ.

Masalah yang paling meresahkan bagi jurnalis di bawah Taliban adalah, mereka terus-menerus mengalami pelecehan mental dan siksaan fisik.

Tidak hanya pekerja media lokal, tetapi jurnalis asing juga dipukuli, dipenjara dan kamera serta peralatan jurnalistik lainnya dihancurkan.

Dikutip dari laporan tahunan itu, Nageib Khwaja, seorang jurnalis Denmark, yang pergi ke Kabul untuk tugas liputan pada akhir Agustus 2021, dipukuli oleh Taliban di Bandara Kabul dan teleponnya diambil.

“Ketika saya pergi ke Afghanistan setelah jatuhnya Kabul (kepada Taliban), saya pertama kali mendapat izin dari juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid. Ketika saya sedang mewawancarai orang-orang di Bandara Kabul dan merekam proses ribuan orang yang duduk di bandara menunggu evakuasi, Taliban datang dan memukuli saya dan rekan saya dan kemudian mengambil telepon dan kamera kami. Setelah berkali-kali mencoba, kami bisa mendapatkan peralatan kami kembali,” ujarnya.

Meskipun terdapat kasus seperti yang dialami oleh Nageib, laporan itu menyatakan perubahan yang paling signifikan bagi wartawan dibawah Taliban kali ini adalah jurnalis tidak lagi mudah terbunuh setelah pengambilalihan Taliban, bukan berarti tidak ada.

Pengecualian adalah Ali Reza Ahmadi dan Najma Sedeqi, yang tewas pada 27 Agustus 2021, dalam ledakan saat proses evakuasi di Bandara Kabul. ISIS mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Ternyata, mereka yang berhadapan dengan bahaya fisik dan mental juga harus bergulat dengan salah satu masalah yang juga tidak kalah membentur nasib, yakni duit.

Ahmad Quraishi, kepala Pusat Jurnalis Afghanistan, mengatakan bahwa 50 persen outlet media di Afghanistan resmi gulung tikar. 30 persen lainnya kini hampir ditutup karena tekanan Taliban dan ekonomi.

Menurut investigasi IFJ secara pribadi, sejak Agustus 2021, diperkirakan antara 230 hingga lebih dari 300 outlet media di Afghanistan telah ditutup.

Beberapa dari mereka terlihat jelas ditutup karena ancaman dari Taliban, mayoritasnya mereka tidak dapat bertahan karena ketidakstabilan ekonomi yang diperburuk oleh pandemi Covid-19.

Pembekuan cadangan devisa Afghanistan, dan kerusakan sistem perbankan telah merengut jantung ekonomi Afghanistan, termasuk industri media.

Mereka yang tersisa kini berjuang keras untuk menegakkan kebebasan pers dan jurnalisme profesional di samping berjuang untuk membayar tunggakan pajak untuk memperbarui lisensi mereka.

Lebih suramnya lagi, tidak hanya dibanting oleh faktor fisik, mental dan ekonomi, wartawan Afghanistan juga dibungkam secara harfiah oleh Taliban, tambah laporan tersebut.

Mengutip Hujatullah Mujadidi, direktur eksekutif Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan (AIJA) pada laporan itu, penolakan akses informasi dan kurangnya jurnalisme investigasi adalah salah satu masalah utama dan mendesak bagi media dan jurnalis Afghanistan.

“Jurnalisme investigasi di Afghanistan sudah tidak ada lagi, karena keterbatasan akses informasi,” ujarnya.

“Jika situasinya terus seperti ini, media hanya akan mempublikasikan laporan resmi yang diberikan oleh pemerintah saat ini, bukan fakta. Ini akan menyebabkan hilangnya kepercayaan yang diperoleh media dalam 20 tahun terakhir. Akibatnya, tidak akan ada kebebasan berekspresi dan semua prestasi akan dinetralisir,” pungkasnya.

Akhir cerita, bila ditinjau kembali dari hasil seluruh laporan yang dicantumkan oleh IFJ, maka kita akan kembali teringat dengan kalimat pembuka laporan tersebut.

“2022 merupakan tahun yang suram bagi jurnalisme di Afghanistan”.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Hukum Bisa Direkayasa tapi Alam Tak Pernah Bohong

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:06

Presiden Prabowo Gelar Ratas Percepatan Pemulihan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:04

Pesantren Ekologi Al-Mizan Tanam 1.000 Pohon Lawan Banjir hingga Cuaca Ekstrem

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:58

Taiwan Tuduh China Gelar Operasi Militer di LCS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:52

ASG-PIK2 Salurkan Permodalan Rp21,4 Miliar untuk 214 Koperasi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:41

Aksi Bersama Bangun Ribuan Meter Jembatan Diganjar Penghargaan Sasaka

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Dua Jembatan Bailey Dipasang, Medan–Banda Aceh akan Terhubung Kembali

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Saling Buka Rahasia, Konflik Elite PBNU Sulit Dipulihkan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:48

Isu 1,6 Juta Hektare Hutan Riau Fitnah Politik terhadap Zulhas

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:29

Kemensos Dirikan Dapur Produksi 164 Ribu Porsi Makanan di Tiga WIlayah Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 19:55

Selengkapnya