Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Pengamat Beijing: Sanksi SWIFT Tidak Akan Mengguncang Ekonomi Rusia

SELASA, 01 MARET 2022 | 07:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Serangan militer Rusia ke Ukraina akhirnya berbuah sanksi dari AS dan Uni Eropa. Mereka telah memutuskan untuk menghapus bank-bank Rusia tertentu dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), yang menarik perhatian luas di China.

Dilaporkan bahwa banyak warga negara China di Rusia yang mengaku tidak mampu menggunakan Apple Pay dan Google Pay di toko-toko di negara itu. Kepanikan juga terjadi di antara beberapa perusahaan Rusia, mereka mulai khawatir tentang dampak potensial pada bisnis mereka dengan Rusia.

Namun, Mei Xinyu, rekan peneliti di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerjasama Ekonomi Tiongkok dari Kementerian Perdagangan Tiongkok punya pandangan bahwa sanksi SWIFT tidak akan terlalu berdampak pada perekonomian Rusia.


“Selama kita melihatnya secara objektif dan tenang, tidak sulit untuk menemukan bahwa meskipun langkah ini pasti akan menyebabkan banyak masalah bagi perekonomian Rusia, secara keseluruhan, itu tidak cukup untuk mengguncang seluruh perekonomian negara,” katanya, seperti dimuat Global Times, Senin (28/2).

“Bahkan ketika mereka mencoba untuk menggunakan atau memperluas sanksi keuangan, AS dan sekutu Eropa-nya juga pasti akan waspada terhadap konsekuensi yang luas dan tidak diinginkan dari langkah tersebut,” ujarnya.

SWIFT adalah platform transmisi informasi keuangan antar bank internasional yang paling penting, teraman dan paling nyaman. Ini menghubungkan lebih dari 11.000 lembaga keuangan dari lebih dari 200 negara dan wilayah.

Platform ini mengirimkan 1,8 miliar pesan setiap tahun dan menangani transaksi senilai sekitar 6 triliun dolar per hari. Ini juga terkait dengan Sistem Pembayaran Antar Bank Clearing House (CHIPS) AS.

Mei meyakini, pengusiran bank-bank Rusia tertentu dari SWIFT hanya akan berdampak terbatas. Selain itu, dalam jangka panjang, penerapan sanksi keuangan terhadap Rusia ini akan semakin mendorong negara-negara lain untuk mempercepat pembuatan informasi keuangan dan sistem penyelesaian pembayaran yang independen dari SWIFT.

AS bersama sejumlah negara Eropa kompak menendang Rusia dari SWIFT pada Sabtu (26/2) lalu, sebagai sanksi terkuat yang dijatuhkan sejauh ini terhadap invasi Vladimir Putin ke Ukraina.

Rusia telah mengambil langkah-langkah dalam beberapa tahun terakhir untuk menumpulkan trauma jika harus dihapus dari SWIFT.

Moskow mendirikan sistem pembayarannya sendiri, SPFS, setelah terkena sanksi Barat pada 2014 menyusul pencaplokan Krimea pada awal tahun itu. Saat ini SPFS memiliki sekitar 400 pengguna, menurut bank sentral Rusia.

Dua puluh persen transfer domestik saat ini dilakukan melalui SPFS, menurut Shagina, tetapi ukuran pesan terbatas dan operasi terbatas pada jam kerja.

Jika diputus dari SWIFT, Rusia masih punya alterna lain, yaitu Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Batas China, atau CIPS. Moskow juga dapat dipaksa untuk menggunakan cryptocurrency.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya