Berita

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan/Net

Politik

Sistem Pelabuhan di Indonesia Tidak Efisien, Luhut: Apa Mau Jadi Bangsa Pecundang Terus?

JUMAT, 12 NOVEMBER 2021 | 01:21 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan penegakan hukum lainnya untuk membentuk gugus tugas memproses hukum yang membuat pelabuhan di Indonesia inefisiensi.

Hal itu disampaikan oleh Luhut saat menjadi Keynote Speech di acara Bincang Stranas PK bertajuk "Memangkas Waktu dan Biaya di Pelabuhan" yang disiarkan langsung di akun YouTube Stranes PK Official, Kamis (11/11).

Luhut mengatakan, berdasarkan hasil tinjauan lapangan oleh tim Stranas PK dan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, masih terdapat sistem pelayanan yang tumpang tindih di pelabuhan.


"Kemarin dalam rapat itu kami sepakati satu, ini sumber korupsi yang besar, jadi saya minta Pak Firli KPK dengan kami bekerjasama bahu membahu mengatasi ini," ujar Luhut seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (11/11).

Luhut meminta dibuatkan satu sistem agar pelabuhan di Indonesia menjadi efisien. Karena saat ini masih terdapat data-data yang tidak transparan, indikasi penyalahgunaan wewenang, dan potensi kerugian negara yang cukup besar.

Apalagi, dalam studi kasus salah satu pelabuhan di Indonesia menunjukkan bahwa potensi kehilangan penerimaan negara pada 2020 mencapai Rp 5 miliar dari satu pelabuhan.

"Saya pikir penataan pelabuhan dapat berkontribusi sangat signifikan, sehingga saya berharap kita semua mengambil langkah untuk mengefisienkan pelabuhan dengan mengadopsi best practice management pelabuhan yang efisien," jelas Luhut.

Luhut pun membandingkan pengelolaan pelabuhan di Indonesia dengan Abu Dhabi dan Singapura yang lebih efisien.

"Kenapa kita tidak? Nah pertanyaan itu harus datang pada hati kita. Apa bangsa ini mau jadi bangsa pecundang terus? Saya kira tidak, kita bangsa besar, kita sudah buktikan kemarin betapa kita bisa menangani kasus-kasus besar dan bisa menjadi perhatian dunia," tegas Luhut.

Pemerintah pun telah menyusun rencana aksi penataan ekonomi logistik nasional dalam Inpres 5/2020 guna menyelaraskan arus lalulintas barang, dokumen internasional, serta kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.

"Rencana aksi ini berorientasi pada kerjasama antarinstansi pemerintah dan swasta melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan revitisi dan duplikasi serta didukung oleh sistem teknologi informasi yang mencakup seluruh proses logistik terkait. Di samping itu perlu ada peningkatan kualitas dan kapasitas SDM," terang Luhut.

Luhut juga menyampaikan, dalam penataan ekosistem logistik terdapat tiga kata kunci, yaitu meningkatkan produktivitas, meningkatkan daya saing, dan menciptakan peluang.

"Kesemuanya itu dapat diciptakan melalui penggunaan satu platform digital yang nantinya akan menurunkan billing time, menurunkan biaya, meningkatkan kepercayaan dari pengguna jasa termasuk investor," jelas Luhut.

Luhut pun berharap peran dari KPK untuk mengawasi semua karena akan menjadi success story yang luar biasa bagi republik, KPK dan semuanya jika bisa membuat pelabuhan efisien ke depan.

Karena, berdasarkan hasil monitoring di lapangan, delay masih mendapat perhatian karena belum direalisasikan misalnya digitalisasi belum mencapai level seperti Tanjung Priok.

"Ini saya mohon KPK nanti dengan Kejaksaan, dengan Polisi, ayo kita ramai-ramai membentuk task force untuk monitor ini. Ini yang saya kira bagus dipenjarakan, sudah jelas orang-orang ini masih macam-macam, saya kira saya sudah bilang Pak Pahala kemarin, ayo kita bawa orang-orang kayak gini yang sudah jelas merusak sistem kita, diganti atau dipenjarakan," tegas Luhut.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya