Berita

HMS Aboukir, kapal penjelajah lapis baja kelas Cressy yang dibuat untuk Angkatan Laut Kerajaan sekitar tahun 1900/Net

Histoire

Bencana 1914, Tiga Kapal Inggris Jadi Kuburan Massal Ratusan Pelaut

RABU, 22 SEPTEMBER 2021 | 06:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Tiga kapal penjelajah Inggris ditenggelamkan dalam waktu kurang dari dua jam oleh satu kapal selam Jerman SM U9  dengan menggunakan torpedo. Lebih dari 1.400 orang tewas seketika, di dini hari itu, 22 September 1914. Duka cita dan air mata jatuh tak berhenti.

Ini adalah salah satu bencana angkatan laut paling mengerikan di Perang Dunia Pertama. Sebuah serangan berdarah yang tidak banyak diketahui. Tiga kapal Inggris yang karam itu dikenang sebagai kuburan massal bagi ratusan pelaut.

Ketika itu pasukan Jerman tengah melakukan patroli di Laut Utara, di perairan Broad Fourteens, dekat Belanda. Dari kejauhan, mereka melihat tiga kapal penjelajah Divisi Chatham, yaitu HMS Aboukir, HMS Hogue, dan HMS Cressy.

Belfast Telegraph
mengisahkan, tiga kapal penjelajah Angkatan Laut Kerajaan Inggris itu sebenarnya sudah tidak layak berlayar. Ketiga kapal diawaki oleh sebagian besar pasukan cadangan dan dikenal sebagai Skuadron Livebait, yang menurut para senior 'kurang berpengalaman' untuk sekelas kapal perusak.

“Ada kekhawatiran tentang kapal-kapal yang sudah menua dan sangat rentan itu, tetapi tidak ada perubahan yang dilakukan. Tidak ada upaya untuk berjaga bila ada serangan," kata Karen O'Rawe, ketua kelompok riset History Hub Ulster.

Selama bulan-bulan awal Perang Dunia 1, Angkatan laut Kerajaan Inggris mempertahankan patroli kapal penjelajah lapis baja kelas Cressy tua, yang dikenal sebagai Cruiser Force C, di wilayah Laut Utara.

Para perwira senior, termasuk Laksamana Jellicoe dan Komodor Keyes dan Tyrwhitt sebenarnya telah menentang patroli dengan kapal-kapal itu, dengan alasan bahwa kapal-kapal itu sangat rentan terhadap serangan, apalagi jika berhadapan dengan kapal-kapal patroli Jerman yang modern dan dijuluki 'skuadron umpan hidup'.

Namun, kurangnya kapal penjelajah yang tersedia membuat Inggris tetap menugaskan kapal-kapal tua itu.

Dini hari 22 September 1914, tiga kapal penjelajah itu bersiap untuk berpatroli di bawah Laksamana Muda Christian. Biasanya patroli berada di bawah komando Laksamana Muda Campbell, tetapi dia tidak hadir sehingga Christian membantu mengisi kekosongan meskipun dia memiliki tugas lain.

Saat itu, cuaca terlalu buruk. Tiga kapal tua itu tentu terengah berada di laut dalam kondisi itu. Sang Laksamana baru saja akan menitahkan untuk berbalik pulang.

Malang, tiga kapal itu bertemu dengan kapal U9 milik Jerman yang dikomandoi Komandan Otto Weddigen.  

Melihat tiga kapal Inggris yang tua dan nampak tidak terlindungi itu sangat mudah bagi U9 untuk menghabisinya. Dengan satu tembakan torpedo dari jarak sekitar 500 M, mesin kapal-kapal itu langsung berhenti. Kapal Aboukir yang pertama terbalik dan tenggelam dalam waktu 30 menit, dalam laporan situs World War.

Tak lama U9 menyasar Hogue dan Cressy. Suasana begitu genting. Semua panik. Awak kapal mencoba menyelamatkan orang-orang yang sebagian telah terjun ke laut untuk menyelamatkan diri. Tak lama, U9 menembakkan dua torpedonya ke kapal Hogue dari jarak sekitar 270 M. Awak Hogue yang mencoba memberikan tembakan balasan, tidak dapat berbuat banyak. Hanya dalam waktu 15 menit kapal itu terbalik.

"Penjelajah terakhir yang tersisa, Cressy, dibiarkan menghadapi U9 sendirian. Dia tenggelam setelah mendapat dua tembakan torpedo," kata O'Rawe.
 
Para saksi dan sejarawan mengisahkan bagaimana suasana saat itu begitu mengerikan. Orang-orang di dalam kapal 'melepuh' dengan sebagian kulit terlepas dari tubuh. Ketika mereka terjun ke laut, ombak pun menghempas kulit mereka itu hingga benar-benar rontok bersamaan tulang mereka.

Salah satu korban yang sempat selamat bercerita kepada keluarganya saat itu, bagaimana laut benar-benar 'hidup' dengan ratusan orang yang mengapung, dan yang hidup menggenggam apa pun untuk menyelamatkan diri mereka.

Penderitaan mereka tidak membuat Jerman berhenti. Jerman malah semakin meluncurkan torpedonya.  

Dikisahkan, setelah kekejaman itu, kapal U-9 pulang ke markasnya dan disambut bak pahlawan. Komandan Weddigen dan krunya diberi penghargaan.

Selama berminggu-minggu, mayat pelaut Inggris mengapung dan sebagian terdampar sampai ke pantai Belanda.

"Bencana itu mengguncang opini publik Inggris dan reputasi Angkatan Laut Kerajaan," kata O'Rawe.

Meskipun ada upaya penyelamatan oleh kapal dagang Belanda, hanya 837 orang yang bisa diselamatkan, dan lebih dari 1.400 tewas.

Korban selamat dijemput oleh beberapa kapal dagang terdekat termasuk Flora dan Titan milik Belanda serta kapal pukat Inggris JGC dan Corainder, sebelum armada kapal penjelajah ringan dan kapal perusak Harwich tiba.

Hasil penyelidikan menyatakan bahwa kesalahan disebabkan oleh semua perwira senior yang terlibat yang tidak mengambil tindakan cepat. Sebagian besar kesalahan diarahkan pada Angkatan Laut karena bertahan dengan patroli yang berbahaya dan mengabaikan saran-saran dari perwira senior.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya