Berita

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Net

Publika

Kebijakan Pajak Sri Mulyani untuk Negara Kesatuan Republik Investor

RABU, 15 SEPTEMBER 2021 | 01:25 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

Ketimpangan Memburuk

KETIMPANGAN pengeluaran, yang digambarkan BPS dengan Gini Ratio, angkanya meningkat dari 0,381 (Maret 2020) ke 0,384 (Maret 2021). Sementara di perkotaan, Gini Ratio juga meningkat dari 0,392 (Maret 2020) ke 0,401 (Maret 2021).

Ketimpangan pengeluaran meningkat, artinya orang semakin sedikit membelanjakan pendapatannya. Bagi orang miskin yang memang tidak ada simpanan untuk pendapatannya, Gini ratio tersebut mungkin dapat berlaku. Tetapi bagi kalangan orang kaya, menengah ke atas, mungkin saja tidak berlaku.

Mengapa? Karena bagi kalangan kaya, mengurangi pengeluaran bukan berarti mereka bertambah miskin. Mungkin saja berarti juga mereka lebih banyak menabung.

Dan terkonfirmasi, dana pihak ketiga (DPK) di perbankan di tahun terjadinya pandemi malah meningkat 6,5 persen dari tahun 2019. Maka yang terjadi saat ini angka ketimpangan yang sebenarnya dapat lebih parah daripada yang terukur.

Faktanya memang kemiskinan meningkat, dan pada saat yang sama orang kaya bertambah. BPS menyebut, bila dibandingkan dengan Maret 2020 jumlah penduduk miskin meningkat 1,1 juta jiwa.

Total penduduk miskin menjadi 27,5 juta jiwa (standar garis kemiskinan Rp 472.525/kapita/bulan). Sedangkan jumlah orang kaya juga meningkat.

Menurut Credit Suisse, jumlah penduduk Indonesia yang memiliki kekayaan bersih 1 juta dolar AS melonjak 61,7 persen dari tahun 2019. Sebanyak 171.740 jiwa.

Sementara jumlah penduduk Indonesia yang sangat kaya, memiliki kekayaan lebih
dari 100 juta dolar AS, mencapai 417 orang, atau naik 22,3 persen dari tahun 2019.

Apa yang terjadi di masyarakat adalah cerminan dari kebijakan pemerintah. Jadi bila ternyata ketimpangan semakin parah, yang miskin semakin banyak dan yang kaya juga semakin banyak, adalah sebab pilihan kebijakan pemerintahannya sendiri.

Kebijakan Pro Investor

Penyebab utama ketimpangan adalah karena kebijakan fiskal yang dipilih pemerintah Indonesia, dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani, terlalu berpihak kepada investor, bukannya kepada rakyat banyak.

Istilah saya ini adalah kebijakan fiskal N.K.R.I atau Negara Kesatuan Republik
Investor.

Contohnya saja. Ada rencana melakukan tax amnesty jilid 2. Padahal dengan adanya tax amnesty sekali saja itu sudah menunjukkan kemana keberpihakan pemerintahan ini? Jelas kepada investor dan pengusaha besar yang selama ini menggelapkan pajaknya dari Negara.

Ini ada rencana mau diulang kembali, sungguh tak masuk akal!

Lalu untuk investor juga ada kebijakan-kebijakan fiskal lain. Seperti: 1) pajak pembebasan royalti batubara (bila lakukan hilirisasi untuk energi); 2) pembebasan pajak barang mewah; 3) pembebasan pajak kapal mewah (yatch); 4) penurunan tarif PPh Badan (dari 25% ke 20% untuk perusahaan nonpublik dan dari 20% ke 17% untuk perusahaan publik); 5) Relaksasi pengurangan pembayaran PPh impor dan PPh pasal 25.

Semuanya adalah kebijakan Menteri Keuangan.

Kebijakan pemerintah di sektor perbankan pun juga sangat mendukung kalangan investor dan pengusaha. OJK menyebutkan bahwa per Juli 2021 realisasi restrukturisasi kredit sektor perbankan mencapai Rp 779 triliun. Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sendiri yang memang ditujukan sebagian besarnya untuk kalangan pengusaha, tahun 2020 adalah sebesar Rp Rp 575,8 triliun dan tahun 2021 sebesar Rp 699,4 triliun.

Apalagi di dalam UU Cipta Kerja juga, kalangan investor dan pengusaha juga mendapat sangat banyak kemudahan. “Daging” dari UU Cilaka tersebut adalah perpanjangan kontrak otomatis untuk para perusahaan tambang, yang seharusnya dikembalikan ke Negara.

“Lemaknya” untuk importir bahan pangan yang semakin dipermudah. Sementara “tetelan” nya adalah penghapusan pengurangan hak-hak pekerja, yang menguntungkan para pemilik pabrik.

Jadi, sudah sangat banyak sekali yang diberikan pemerintah untuk kalangan investor, orang kaya.

Sementara, untuk rakyat banyak yang ada malah kenaikan pajak dan tarif layanan. Mulai dari: 1) rencana kenaikan PPN dari 10% ke 12%; 2) menaikkan cukai rokok ke 12,5%; 3) rencana mengenakan PPN bagi jasa pendidikan; 4) menaikkan tarif dasar listrik; 5) menaikkan harga BBM; 6) rencana mengenakan pajak pada sembako.

Padahal kita tahu kehidupan rakyat banyak sudah sangat tertekan karena pandemi. Maka tak heran bila warga miskin di kalangan rakyat banyak terus bertambah.

Di bawah ini menunjukkan dengan jelas, bagaimana pilihan kebijakan fiskal
(pajak) Menteri keuangan Sri Mulyani sangat berpihak untuk orang kaya namun menindas rakyat banyak.

Kenaikan atau Penurunan Pajak/Tarif/Harga untuk Orang Kaya/Pengusaha Besar:
1 Pembebasan Pajak Royalti
2 Pembebasan Pajak Barang Mewah
3 Pembebasan Pajak Kapal Mewah (Yatch)
4 Penurunan Tarif PPh Badan dari 25% ke 20% untuk PT non publik dan 17% untuk PT publik
5 Relaksasi pengurangan pembayaran PPh 22 impor dan PPh pasal 25.

Kenaikan atau Penurunan Pajak/Tarif/Harga untuk Rakyat Banyak:
1 Rencana kenaikan PPN dari 10% ke 12%
2 Menaikkan cukai rokok ke 12,5%
3 Rencana mengenakan PPN bagi jasa pendidikan
4 Menaikkan tarif dasar listrik (TDL)
5 Menaikkan harga BBM
6 Rencana mengenakan pajak sembako.

Penulis merupakan  Analis Ekonomi Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR).

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Kini Jokowi Sapa Prabowo dengan Sebutan Mas Bowo

Minggu, 28 April 2024 | 18:03

Lagi, Prabowo Blak-blakan Didukung Jokowi

Minggu, 28 April 2024 | 17:34

Prabowo: Kami Butuh NU

Minggu, 28 April 2024 | 17:15

Yahya Staquf: Prabowo dan Gibran Keluarga NU

Minggu, 28 April 2024 | 17:01

Houthi Tembak Jatuh Drone Reaper Milik AS

Minggu, 28 April 2024 | 16:35

Besok, MK Mulai Gelar Sidang Sengketa Pileg

Minggu, 28 April 2024 | 16:30

Netanyahu: Keputusan ICC Tak Membuat Israel Berhenti Perang

Minggu, 28 April 2024 | 16:26

5.000 Peserta MTQ Jabar Meriahkan Pawai Taaruf

Minggu, 28 April 2024 | 16:20

Kepala Staf Angkatan Darat Israel Diperkirakan Mundur dalam Waktu Dekat

Minggu, 28 April 2024 | 16:12

Istri Rafael Alun Trisambodo Berpeluang Ditersangkakan

Minggu, 28 April 2024 | 16:05

Selengkapnya