Berita

Penasihat Keamanan Nasional (NSA) Pakistan Moeed Yusuf menuduh India mendanai, merencanakan, dan melakukan pemboman mematikan di kota timur Lahore akhir bulan lalu/Net

Dunia

Soal Serangan Bom Di Lahore Bulan Lalu, Pakistan Tunjuk Hidung India

SENIN, 05 JULI 2021 | 22:12 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

India dan Pakistan kembali bersitegang. Penasihat Keamanan Nasional (NSA) Pakistan Moeed Yusuf menuduh India mendanai, merencanakan, dan melakukan pemboman mematikan di kota timur Lahore akhir bulan lalu. Tuduhan itu dibuat setelah penyelidikan yang dilakukan Pakistan mengklaim menemukan kaitan langsung serangan itu dengan dinas intelijen India.

“Hari ini saya dapat memberi tahu Anda, dengan penuh keyakinan dan tanpa ambiguitas bahwa seluruh serangan ini secara langsung terkait dengan sponsor terorisme India terhadap Pakistan,” kata Yusuf, seperti dikabarkan Al Jazeera.

"Kami telah mengidentifikasi dalang utama dan penangan serangan teroris ini, dan kami sama sekali tidak ragu atau keberatan untuk memberi tahu Anda bahwa dalang utama adalah milik RAW, badan intelijen India, adalah warga negara India dan berbasis di India," sambungnya.

Diketahui, serangan itu terjadi pada tanggal 23 Juni lalu di Kota Johar, Lahore, tepatnya di luar kediaman Hafiz Muhammad Saeed, pendiri kelompok bersenjata Lashkar-e-Taiba. Dia merupakan sosok yang telah dicap sebagai "teroris" oleh Amerika Serikat, PBB dan Pakistan.

Yusuf mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan meneluruh melalui analisis forensik terhadap sejumlah telepon dan peralatan tersangka yang ditangkap.

Dia juga menjelaskan bahwa pada November tahun lalu, Pakistan membagikan berkas, termasuk penyadapan audio dan catatan keuangan, tentang dugaan sponsor India atas serangan di tanah Pakistan.

Yusuf mengatakan, serangan 23 Juni di Lahore bertepatan dengan ribuan serangan siber terkoordinasi pada infrastruktur investigasi Pakistan. Di menyebut bahwa itu adalah bukti dari keterlibatan India.

“(Serangan siber) dilakukan agar penyelidikan kami, jaringan teroris yang kami identifikasi, tidak berhasil dan menghadapi hambatan, dan mendapatkan cukup waktu agar jaringan dapat (dibubarkan)," jelasnya.

Meski begitu, belum ada keterengan dari pihak Kementerian Luar Negeri India atas tuduhan tersebut.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya