Berita

Gede Sandra/Net

Publika

Ekonomi Q2 Tumbuh Positif, Kuartal Selanjutnya Kembali Turun

SENIN, 07 JUNI 2021 | 14:18 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

SETELAH Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan April 2021 sempat naik ke 101,5, ternyata bulan Mei 2021 IKK turun kembali ke level di bawah 100, yaitu di 98,5. Nilai IKK 98,5 ini di atas besaran IKK rata-rata selama pandemi yang sebesar 86,2. Tapi masih jauh di bawah IKK rata-rata 2013-2019 yang sebesar 120,3.

IKK adalah salah satu indikator utama dalam menilai tingkat konsumsi masyarakat, diterbitkan Bank Indonesia. Yang perlu diperhatikan, nilai IKK di atas 100 mengindikasikan konsumen optimis terhadap ekspektasi ekonomi.

Sebaliknya, IKK di bawah 100 mengindikasikan konsumen masih pesimis. Dengan IKK bulan Mei 2021 turun ke 98,5, terlihat konsumen kembali pesimis terhadap perekonomian setelah di bulan sebelumnya sempat optimis.

Pada April 2021 memang ada peningkatan daya beli konsumen. Kenaikan konsumsi terjadi dibantu terutama oleh Lebaran dan Ramadhan. Masyarakat menjadi lebih meningkatkan konsumsi terutama ke makanan dan pakaian.

Bank Indonesia mencatat pada saat Lebaran tahun 2021 terjadi penarikan dana cash (uang kartal) dari perbankan sebesar Rp 154,5 triliun. Meningkat drastis dari Lebaran tahun 2020 yang terjadi penarikan cash Rp 109,2 triliun. Meskipun masih belum mencapai tingkat penarikan dana cash pada Lebaran tahun 2019 yang sebesar Rp 217 triliun.

Dampak Lebaran 2021 tidak sesignifikan Lebaran sebelum pandemi, juga disebabkan karena sebagian masyarakat terkunci di ibukota tidak dapat pulang kampung. Yang berhasil lolos, menerobos adangan aparat untuk mudik, hanya sebagian kecil masyarakat.

Dan sialnya yang tertahan di ibukota, adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Akibatnya dana tidak banyak berputar di kampung.

Kebijakan penghapusan pajak pembelian mobil baru (PPnBM berakhir Mei 2021) memang berhasil meningkatkan konsumsi sebagian kalangan menengah atas. Tapi ini hanya “blip”, atau kenaikan sementara. Setelah itu appetite masyarakat terhadap kendaraan baru akan kembali turun dan flat.

Pada Maret 2021 penjualan mobil sempat naik ke 84 ribu unit. Tapi kemudian turun ke 78 ribu unit pada April 2021. Memang masih di atas rata-rata penjualan mobil Januari-Februari 2021 sebanyak 73 ribu unit. Tapi setelah kebijakan penghapusan PPnBM ini selesai pada Mei 2021, pembelian masyarakat akan berkurang kembali.

Perekonomian juga akan sedikit tertolong peningkatan ekspor, karena beberapa negara importir (seperti China) sudah memulih perekonomiannya.

Meskipun perlu digarisbawahi, peningkatan ekspor ini terjadi bukan karena peningkatan volum (volume effect), melainkan karena kenaikan harga komoditi ekspor (price effect).

Seperti contohnya ekspor migas yang nilainya naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya, karena memang harga minyak mentah naik signifikan setahun ini. Dari menyentuh minus (-) 37 dolar AS pada April dan 1,17 dolar AS pada Mei 2020, menjadi di atas 70 dolar AS saat ini.

Tapi perlu dingat bahwa kenaikan ekspor ini juga dibarengi dengan peningkatan impor yang juga signifikan. Terutama impor barang konsumsi yang jumlah dan pertumbuhannya melewati impor barang modal. Sehingga daya dorong eskpor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi tidak cukup kuat.

Peningkatan Purchasing Manufacture Index (PMI), menjadi 55,3 pada Mei 2021 dilihat banyak kalangan termasuk pemerintah sebagai pertanda optimis ke depan. Ada yang bilang ini rekor, meskipun sebenarnya besaran PMI Indonesia ini masih di bawah PMI Dunia yang berada di level 56,0.

Namun menurut kami, PMI tidak bisa dijadikan sebagai basis proyeksi ekonomi, karena hanya persepsi yang dikuantifikasi. Bukan benar-benar mencerminkan data ekonomi manufaktur yang sebenarnya.

Apalagi menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit di bulan April masih terkontraksi minus (-) 2,28 persen. Dapat dikatakan bahwa perbankan masih sulit menyalurkan kredit karena ekonomi belum benar-benar bergerak, karena daya beli masyarakat masih tertekan.

Jadi, intinya, berlandaskan semua hal di atas, kami perkirakan perekonomian pada kuartal II 2021 memang akan meningkat masuk ke zona positif. Tapi nilainya tidak sebesar yang diproyeksikan pemerintah (7%), dan ini pun akan kembali turun di kuartal-kuartal selanjutnya.

Penurunan ekonomi setelah kuartal II-2021 ini akan terjadi karena:

1. Perekonomian AS mengalami inflasi yang cukup tinggi, sebesar 4,2% saat ini. Sehingga bank sentral AS, The FED, dipastikan akan segera menaikkan suku bunga acuannya. Akibatnya sebagian dana di pasar modal dan pasar uang Indonesia akan memilih pulang ke AS.

2. Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia masih jauh dari berhasil karena kurva kasus harian masih tetap tinggi (5.000-6.000 kasus per hari). Di berbagai daerah muncul sentra-sentra pandemi baru. Sementara laju vaksinasi juga tidak secepat yang diharapkan.

3. Rencana pemerintah untuk menaikkan pajak penghasilan pada saat resesi masih terjadi rasanya kurang tepat. Kebijakan ini akan menghambat pemulihan ekonomi karena akan mendorong masyarakat berpendapatan tinggi untuk memindahkan uangnya ke luar negeri, seperti ke Singapura. Akan terjadi capital flight. Berbeda dari pengenaan pajak untuk objek yang belum terpajaki seperti pajak warisan dan capital gain tax di pasar saham, ini tak akan mendorong terjadinya capital flight.

4. Bila tarif pajak penghasilan terlalu tinggi, akan mendorong banyak orang untuk bernegosiasi dengan petugas pajak. Para petugas pajak akan pesta pora, sementara tujuan meningkatkan pendapatan negara dari pajak tidak tercapai.

Sebenarnya masalah sistem perpajakan kita bukanlah pada tax rate. Tetapi lebih kepada tax enforcement. Bila tax collection dapat di-enforce lebih baik, niscaya penerimaan pajak pun akan meningkat. Dan tax enforcement sangat bergantung kepada wibawa pemimpin, dalam hal ini adalah Menteri Keuangan sebagai bos dari Dirjen Pajak.

Tapi bagaimana Menteri Keuangan kita dapat dikatakan berwibawa? Orang yang menerbitkan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) sampai dua kali dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun.

Namun, bila berani berpikir lebih “out of the box”, sebenarnya masalah pokoknya adalah beban pembayaran bunga utang yang tinggi. Tahun 2021 beban bunga utang mencapai Rp 373 triliun.

Bukan tidak mungkin akan menembus Rp 400 triliun tahun depan. Seharusnya yang dipikirkan adalah memecahkan masalah pokok ini. Bagaimana kita dapat mengurangi beban bunga utang secara “out of the box”?

Jawabannya adalah dengan metode “debt to nature swapt” dan “debt swapt”. Kedua kebijakan ini pernah diterapkan oleh tim ekonomi pemerintahan Gus Dur, dan berhasil dilakukan.

Utang kita berkurang miliaran dolar AS dengan pengurangan utang ditukar pelestarian hutan (debt to nature swapt), serta utang bunga tinggi ditukar utang bunga rendah dan tenor panjang (debt swapt). Pemerintahan Gus Dur menjadi yang pertama kali dalam sejarah berhasil melakukan “debt to nature swapt” dan “debt swapt”.

Tapi saya sangat ragu Menteri Keuangan kita dapat berpikir out of the box. Menurut seorang ekonom senior, yang puluhan tahun malang melintang menjadi praktisi industri dan juga pengajar Institut Bisnis, kata dia Menteri Keuangan kita sekarang ini “kelasnya cuma kelas kasir”.

Gede Sandra

Analis UBK

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya