Berita

Dahlan Iskan bersama dalang Ki Purbo Asmoro/Ist

Dahlan Iskan

Wayang Kathy

MINGGU, 04 APRIL 2021 | 05:21 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

AKHIRNYA saya bisa ke Mayangkara –bertemu 'Arjuna' di situ: Ki Purbo Asmoro.

Akhirnya saya juga menamatkan buku tebal karya Kathryn Anne Emerson: Pembaharuan Wayang. Terjemahan.

Itu buku karya ilmuwan Amerika Serikat –dari disertasinya di Leiden University, Belanda. Bayangkan: disertasi soal wayang, ditulis oleh ahli Amerika –wanita pula– dengan penguji dari Belanda.

Untuk meraih gelar doktor itu Kathy –nama panggilannya– melakukan penelitian bertahun-tahun. Terutama di Solo. Lebih terutama lagi mengenai Ki Dalang Purbo Asmoro (Disway 16 Februari 2021).

Maka saya pun ingin ke Mayangkara –nama kampung Arjuna di dunia pewayangan yang dipakai nama kampung Purbo Asmoro di dunia nyata. Tapi kapan bisa ke Mayangkara –di masa Covid ini?

Kesempatan itu akhirnya datang: bulan lalu. Ketika saya berkendara dari Jakarta ke Surabaya –lewat tol. Saya lihat di google map: Mayangkara itu tidak jauh dari pintu tol exit 506 Mojosongo -setelah exit Bandara Adi Sumarmo, Solo.

Maka, sejak dari Jakarta saya sudah tetapkan tekad: mampir Mayangkara. Mobil yang saya kemudikan, Alphard, saya isi bensin penuh. Agar isi bensin berikutnya bisa di Mayangkara.

Biasanya saya sudah isi bensin di sekitar Semarang. Kali ini saya paksakan sampai penanda bensin berwarna kuning. Saya lihat ada stasiun pengisi bensin di dekat pintu exit itu.

Ketika masih di tol Ungaran saya WA sang Arjuna: apakah ada di rumah. Ternyata sang Arjuna lagi tidak ke mana-mana. Misalkan tidak lagi ada Covid rasanya sulit bertamu ke Mayangkara pada jam 20.00 seperti itu –pasti sudah pergi pentas entah Astina atau Alengka.

Itulah kali pertama saya bertemu Purbo Asmoro –meski sudah sering bicara lewat online. Orangnya memang ganteng seperti Arjuna. Pembawaannya juga halus seperti satria Pandawa itu. Tapi, tidak seperti Arjuna, istri Purbo tetap satu –menyuguhkan begitu banyak kue malam itu.

Tentu saya mengagumi rumahnya. Yang tidak sampai 2 Km dari exit tol itu. Halamannya luas. Gerbang masuknya dua buah –yang kiri khusus untuk logistik: truk pengangkut wayang dan gamelan lewat gerbang itu.

Bagian depan rumah berbentuk pendapa. Joglo Jawa. Di situlah digelar satu set gamelan pelok-slendro. Lengkap dengan kelir untuk pentas.

Rupanya dari sinilah wayang virtual Purbo Asmoro official diproduksi –selama pandemi. Lihatlah YouTube-Nya. Begitu banyak yang mengakses –meski masih kalah dari almarhum Ki Seno Nugroho yang lebih nge-pop. Salah satu lakon Seno telah ditonton oleh 1,7 juta pemirsa YouTube. Tak terbayang kan sebelumnya.

Kini, penikmat wayang seperti saya bisa nonton kapan saja –sebuah kenikmatan baru yang hanya tersedia gegara Covid-19.

Tentu saya minta izin ke toilet dulu –sudah menahan kencing sejak melintasi Semarang. Toiletnya bersih –penanda pemilik rumahnya memiliki kemampuan manajemen yang baik.

Tidak banyak yang saya obrolkan –karena sudah sering bicara lewat telepon. Pun sudah saya tulis di Disway. Apalagi di buku Kathy yang saya baca itu sudah tertulis dengan sangat lengkap: apa-siapa-bagaimana Purbo Asmoro.

Saya pun langsung ingin melihat kereta kencana bikinannya. Juga langsung merasakan duduk di tempat Ki Purbo mendalang. Saya bersila di situ: sila ala dalang –agar ujung telapak kaki bisa membunyikan kecrek dan tangan kiri bisa mengetukkan gedok. Seorang dalang memang harus bekerja dengan kedua tangannya, kedua kakinya dan terutama dengan mulutnya –sampai ke tenggorokan dan suara perutnya.

Satu jam saya di Mayangkara –sekalian istirahat setelah 5,5 jam mengendarai mobil dari Jakarta. Saya bisa merasakan betapa pandemi telah ikut menghentikan dinamika pewayangan.

Tapi pandemi juga yang membuat saya menonton wayang lebih sering. Lakon apa saja saya ikuti. Dalang siapa saja saya amati.

Rasanya, dalam satu tahun terakhir, wayang yang saya tonton sudah melebihi yang saya lihat selama 69 tahun hidup saya.

Kini saya bisa melihat aksi begitu banyak dalang. Hebat-hebat. Tanpa pandemi saya tidak akan tahu ini: bagaimana Ki Cahyo Kuntadi memasukkan unsur sinetron dalam pergelaran wayang –meski baru di lakon tertentu.

Bagaimana pertengkaran suami-istri Raja Astina Duryudono dan Banowati dibuat begitu sangat sinetronnya. Saya ternyata juga menyukai suara dan intonasi dialog Ki Cahyo Kuntadi. Yang mengingatkan saya pada kaset legenda dalang Ki Narto Sabdho.

Pun saya bisa melihat kiprah ki dalang Dwijo Kanko –kakak kandung Cahyo Kuntadi-- yang punya kelebihan mencolok: adegan perangnya. Ia mampu menjungkir balikkan wayang melebihi yang lain –pun melebihi guru mereka: Ki Manteb Soedarsono. Dengan kegilaannya Pak Mantep sudah dibilang 'dalang setan'. Kini, dengan sabetannya itu, Ki Kanko harus bisa disebut sebagai 'setan besar'.

Dua bersaudara ini –Kuntadi dan Kanko– asli Blitar. Mereka adalah putra dalang Haji Sukron Suwondo. Keduanya kini tinggal di Solo dan Karanganyar. Keduanya, seperti juga bapak mereka beristrikan sinden.

Purbo sendiri asli Pacitan yang kemudian juga menetap di Solo Utara. Seperti juga Purbo, Kuntadi dan Kanko adalah juga anak dalang terkemuka di daerah masing-masing.

Maka saya bisa mengerti mengapa Si Amerika Kathy menangkap fenomena baru di pewayangan itu. Saya juga mengerti mengapa dia memilih Purbo Asmoro sebagai objek penelitian.

Kathy sangat jeli melihat perjalanan wayang kulit. Tapi awalnya dia begitu sulit mencari siapa yang bisa menjadi promotor untuk membimbing tesis doktornya itu. Itulah sebabnya mengapa akhirnya Kathy memilih Leiden untuk mempertahankan disertasi doktornya.

Leiden punya lebih banyak ilmuwan ahli wayang –pun dibanding Indonesia.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya