Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

China: Wartawan Asing Silakan Meliput, Yang Kami Lawan Berita Palsu Atas Nama Kebebasan Pers

RABU, 03 MARET 2021 | 08:46 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pernyataan terbarunya mengatakan bahwa negaranya selalu menyambut wartawan dari semua negara untuk meliput berita di China sesuai dengan hukum.

Hal tersebut disampaikan Wang untuk menanggapi pernyataan yang dibuat oleh duta besar Inggris untuk China, Caroline Wilson, dalam sebuah artikel berbahasa China tentang lingkungan media di negara tersebut pada Selasa (2/3).

Dalam opininya, Wilson sangat memuji peran yang dimainkan oleh media Inggris dalam mengawasi opini publik, dalam upaya untuk membandingkan peran terbatas yang dimainkan oleh media China.

"Kriteria untuk menilai media adalah apakah media tersebut mematuhi etika profesional jurnalisme dan bersikeras pada prinsip objektivitas dan keadilan," kata Wang, dalam konfernsi harian, seperti dikutip dari CGTN, Senin (2/3).

Dia juga menambahkan bahwa beberapa laporan media tentang China oleh perusahaan Inggris bias, penuh prasangka ideologis dan berita palsu.

Wang mengatakan China selalu terbuka untuk jurnalis asing, termasuk dari Inggris, yang bertugas di negaranya, dan mereka juga bersedia menawarkan kemudahan untuk pekerjaan dan kehidupan mereka di negara tersebut.

"Yang kami lawan adalah bias ideologis terhadap China dan berita palsu atas nama kebebasan pers," tambah Wang.

Hubungan antara China dan organisasi media besar Barat telah mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir karena laporan 'tidak berdasar' tentang China serta pembatasan pemerintah Barat pada media dan profesional asal negara itu.

Dalam contoh terbaru, regulator penyiaran China bulan lalu memutuskan untuk menarik BBC World News agar tidak mengudara lagi di negara itu karena pelanggaran konten yang serius, dengan mengatakan laporan saluran terkait China telah merusak kepentingan nasional dan solidaritas etnis China.

Kedutaan Besar China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa media berita harus menjunjung tinggi etika profesional jurnalisme dan melakukan pemberitaan secara obyektif, adil, seimbang dan akurat. Ia menambahkan bahwa tidak jarang dijumpai dalam beberapa laporan media Barat, mengungkapkan ketidakpedulian mereka terhadap etika jurnalisme dan prasangka mereka yang mengakar terhadap China.

China menilai, meski negara-negara Barat suka membual tentang kebebasan pers, yang mereka lakukan biasanya justru membuktikan sebaliknya.

Regulator komunikasi Inggris, Ofcom, misalnya, yang mencabut izin CGTN untuk siaran di Inggris pada awal Februari dengan alasan kendali terakhir dan atribut politiknya. Beijing mengecam langkah tersebut sebagai represi politik terhadap media China.

"Inggris mengklaim memperjuangkan kebebasan pers di satu sisi sambil meluncurkan penindasan politik terhadap CGTN dan menghalangi penyiarannya di sisi lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.

Tahun lalu, Washington telah menetapkan enam perusahaan China yang beroperasi di Amerika Serikat sebagai 'misi asing' dan mengumumkan pembatasan personel terhadap warga China yang bekerja di organisasi tersebut.

Tiongkok kemudian menanggapi dengan melakukan tindakan balasan timbal balik terhadap enam perusahaan media AS.

"Sementara AS secara virtual mengusir lebih dari 60 jurnalis China yang berbasis di AS dan menolak aplikasi visa untuk lebih dari 20 tanpa alasan, China hanya mencabut kredensial pers untuk 14 jurnalis Amerika karena kedaluwarsa pada akhir tahun lalu," kata Wang, menggarisbawahi 'pengekangan maksimum' China.

Serangan juga datang dari Klub Koresponden Asing atau The Foreign Correspondents 'Club of China (FCCC) yang mengeluarkan laporan pada Senin (1/3), bahwa China menggunakan alasan pandemi Covid-19 sebagai cara untuk mengendalikan jurnalis asing. 

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

UPDATE

Tidak Berniat Membunuh, Ini Alasan Pelaku Tembak PM Slovakia

Jumat, 24 Mei 2024 | 14:00

Jalin Komunikasi Jelang Pilkada 2024, Tapi PDIP Bentengi Kader Potensial Agar Tak Dicuri

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:56

Senyum Megawati

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:54

Bamsoet Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Papua

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:46

Fitur Baru Kacamata Pintar Meta, Bisa Unggah Foto Langsung ke Instagram

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:45

Megawati Pakai Baju Hitam Tiba di Arena Rakernas V PDIP

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:25

Panglima TNI Tinjau Lahan Food Estate di Merauke

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:18

Kemenkeu Ungkap Reformasi Subsidi BBM Bisa Pangkas APBN Hingga Rp67 Triliun

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:10

Transisi Pemerintahan Prabowo Subianto Juga Akan Dibahas di Rakernas PDIP

Jumat, 24 Mei 2024 | 13:01

Khofifah Mudah Tumbang Jika Lawan Kandidat PDIP-PKB

Jumat, 24 Mei 2024 | 12:57

Selengkapnya