Berita

Ilustrasi/Ist

Dahlan Iskan

Vaksin Nusantara (3)

MINGGU, 21 FEBRUARI 2021 | 05:11 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

ADA nama Prof dr Hans Keirstead PhD di balik Vaksin Nusantara ini.

Nama itu diakui sebagai ilmuwan bidang pengobatan yang hebat, tapi kontroversinya juga keras.

Prof Hans adalah ilmuwan yang terus menyuarakan perlunya metode stem cell diakui sebagai salah satu cara pengobatan masa depan.


Tapi para dokter masih menganggap stem cell belum bisa diterima sebagai sistem pengobatan. Pun sampai hari ini –ketika orang seperti saya pun sudah lebih 10 kali menjalaninya.

Tahun 2016, Prof Hans tidak sabar lagi. Ia mendirikan perusahaan sendiri: AIVITA Biomedical Inc. Di California, Amerika Serikat. Ia sendiri yang jadi CEO-nya.

Lewat perusahaan itu Prof Hans terus melakukan riset bidang pengobatan yang terkait dengan cell. Ditemukanlah pengobatan dendritic cell untuk kanker otak.

Ketika pandemi Covid-19 memerlukan jalan keluar yang cepat, Prof Hans membelokkan dulu penemuannya itu untuk mengatasi pandemi Covid-19. Ia pun sampai pada kesimpulan: bisa.

AIVITA Biomedical itulah yang kemudian dibawa oleh dokter-Jenderal Terawan ke Indonesia. Untuk dijadikan Vaksin Nusantara.

Prof Hans menilai lewat Indonesia penemuannya itu akan cepat terealisasikan. Di Amerika untuk mewujudkan temuan di bidang medis mahalnya luar biasa. Itu hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa.

Maka, ilmuwan seperti Prof Hans tidak punya banyak pilihan: menyerah ke modal besar atau terkubur sebelum lahir.

Menyerah ke modal besar pun belum tentu merupakan jalan keluar yang baik. Bisa jadi penemuan itu harus antre. Untuk dilewatkan kajian-kajian perusahaan lagi. Baik kajian ilmiah maupun kajian bisnis.

Di negara maju pun nasib inventor tidak mesti mulus.

Misalnya vaksin dendritic cell ini. Untuk melakukan uji coba di Amerika mahalnya luar biasa. Semuanya serba uang besar. Pengeluaran untuk relawan uji coba saja misalnya. Yang harus sebanyak 30.000 orang itu. Asuransi untuk mereka saja bisa mencapai Rp 6 triliun. Baru asuransinya.

Prof Hans bisa diyakinkan bahwa peraturan darurat Covid di Indonesia sangat menjanjikan. Jumlah relawan uji coba tidak harus sebanyak itu. Cukup 2.680 orang. Seperti yang dilakukan di Bandung terhadap Sinovac itu.

Vaksin Nusantara sudah menjalani uji coba fase I. Di RSUP dr Kariadi Semarang. Yang ditangani oleh ahli-ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Didampingi 8 orang ahli dari Amerika –sejak November tahun lalu.

Relawan fase I itu 28 orang. Diambil dari 126 orang yang sudah terseleksi. Sejauh ini tidak ada efek samping berarti yang dialami relawan. Tapi masih harus menunggu evaluasi dari BPOM.

Uji coba fase I adalah uji coba yang dititikberatkan untuk melihat efek samping. Kalau dinyatakan aman, uji coba fase II akan diizinkan. Dengan fokus pada efektivitasnya. Dengan jumlah relawan lebih banyak.

Karena itu untuk uji coba fase II relawannya dikelompok-kelompokkan: ada yang disuntik dengan dosis kecil, dosis sedang, dan dosis tinggi. Dari situ akan dilihat mana hasil yang paling baik.

Setelah itu akan dilakukan uji coba fase III. Dengan relawan lebih banyak lagi –termasuk variasi umur, gender, dan komorbidnya.

Dengan peraturan kedaruratan –dan dengan praktik yang sudah terjadi atas uji coba Sinovac– Vaksin Nusantara optimistis Mei nanti sudah bisa mendapat izin pemakaian darurat.

Prof Hans sebenarnya orang Kanada. Dari namanya terlihat darahnya darah Jerman. Umurnya 53 tahun. Lulusan University of British Columbia, Kanada. Sejak S-1 sampai S-3 nya.

Disertasi doktornya di bidang stem cell untuk sumsum tulang belakang. Lalu ia terpilih untuk memperdalam ilmunya di Cambridge University, Inggris. Ia ilmuwan termuda yang mendapat tugas yang mestinya untuk guru besar senior.

Setelah pindah ke California ia terpilih menjadi penasihat di Kongres untuk proses legalisasi stem cell. Di sini Prof Hans mendapat banyak tantangan dan penentangan. Proses politik yang panjang membuatnya ambil keputusan: meninggalkan jalan politik, memilih jalan bisnis.

Saat memperjuangkan stem cell di jalur politik itu, Prof Hans adalah guru besar ilmu anatomi dan neurobiology. Ia juga guru besar bedah neurology di School of Medicine of the University of California, Irvine.

Setelah 15 tahun di University of California, Irvine, ia keluar untuk merintis jalan sendiri di bidang stem cell. Lalu mendirikan perusahaan yang diajak ke Indonesia itu.

Seperti juga di Amerika, tanggapan untuk temuannya itu ramai juga di Indonesia. Termasuk yang meragukannya. Terutama soal 'bisa untuk seumur hidup' itu.

Saya tidak akan menghakimi mana yang benar. Sama sekali bukan kompetensi saya untuk itu.

Bagi saya cukup: beri kesempatan yang sama. Bagaimana kita memperlakukan Sinovac, tentu juga harus diberikan kepada Vaksin Nusantara. Meskipun dokter-Jenderal Terawan sebentar lagi pindah ke Madrid –diangkat menjadi duta besar di Spanyol.

Pun lantas ada yang mengejeknya begini: siapa tahu di sana bisa mengajak para pemain Real Madrid untuk menjadi relawan uji coba Vaksin Nusantara.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya